SOLOPOS.COM - Ilustrasi menikah. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Dalam tradisi masyarakat Jawa kenapa justru dilarang menikah di Bulan Muharam? Terlepas dari kesakralan dan kesucian bulan tersebut, masih ada masyarakat yang masih melestarikan kepercayaan tertentu yang diwarisi nenek moyang.

Misalnya tidak boleh bepergian jauh karena termasuk bulan yang nahas. Selain itu juga tidak diperkenankan menikah saat bulan tersebut. Padahal dalam Islam tidak ada panduan khusus tentang bulan baik untuk menikah.

Promosi Sukomulyo Gresik Pemenang Desa BRILiaN Kategori Pengembangan Wirausaha Terbaik

Kenapa dilarang menikah di Bulan Muharam? Menurut catatan Serat Centini, jika menikah di Bulan Muharram maka setelah berumah tangga akan membuat pasangan memiliki banyak utang. Karenanya tak jarang orang menjauhi hajatan pernikahan di bulan tersebut.

Tapi ada pula alasan lainnya. Ada yang mengatakan bahwa bulan Muharram terkenal dengan bulannya priyayi. Dulu, hanya bangsa keraton yang dapat melangsungkan hajatan di bulan Muharram. Bahkan yang paling tidak masuk akal, penguasa laut Selatan, Nyi Roro Kidul, konon sedang melaksanakan pernikahan. Keyakinan tersebut secara turun-temurun membuat masyarakat enggan melaksanakan pernikahan.

Mengutip laman jatim.nu.or.id, Kamis (30/6/2022), tradisi masyarakat Jawa biasanya melaksanakan hajatan pernikahan pada bulan Zulhijah (besar). Bulan tersebut dipercaya sebagai bulan keselamatan. Maka pada bulan ini, banyak digelar pernikahan. Selain itu, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban merupakan bulan yang baik juga untuk menikah.

Baca Juga: MENYAMBUT DATANGNYA BULAN MUHARAM

Di luar bulan di tersebut, misal Muharam dan yang lainnya, menurut catatan Serat Centini mempunyai sisi buruk. Kebiasaan orang Jawa sejak dulu, orang tua dari anak yang akan menikah pergi terlebih dahulu kepada orang yang dianggap ahli dalam ilmu primbon atau pada umumnya kepada kiai yang paham ilmu tersebut. Tujuannya mencari waktu baik untuk menikahkan anaknya, agar perjalanan hidupnya menjadi lancar. Tak heran kebiasaan dan kepercayaan hari buruk dan baik itu masih dipelihara.

Hal itu menjadi alasan kenapa tidak boleh menikah di Bulan Muharam. Perlu diketahui bahwa kepercayaan tersebut tidak hanya dimiliki oleh orang Jawa, Sejarah bangsa Arab jahiliyah mempunyai cerita yang sama perihal penentuan waktu pernikahan, yaitu tidak boleh menikah di bulan Syawal, karena dipercaya sebagai bulan yang sial. Kemudian Islam membantah itu melalui pernikahan Rasulullah dengan  Aisyah pada bulan Syawal. Hal tersebut seperti dalam sebuah hadits Imam Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairy al-Nisabury, Shahih Muslim, juz 1, bab Istihbab al-tazawwaj al-tazwij fi syawal wa istihbab al-dukhul fihi.

Baca Juga: 10 Amalan Sunah Bulan Muharram, Paling Utama Puasa Tasua & Asyura

Rasulullah menikahi  Aisyah pada bulan Syawal dan berumah tangga pada bulan itu. Dan sudah jelas bahwa perempuan yang memiliki kedekatan hati dengan Rasulullah adalah  Aisyah, seperti yang tercantum dalam hadis di atas. Hal ini menunjukkan jika menikah di bulan Syawal tidak terjadi suatu kesialan apapun. Rumah tangga pasangan ini berjalan bahagia dan romantis. Rasululah mencontohkan pada dirinya sendiri untuk membantah kepercayaan jahiliyah tersebut.

Baca Juga: SEMARAK MUHARAM CERIA

Namun kita tidak terlepas dengan  kebiasaan yang berkembang di masyarakat. Beberapa kepercayaan mengenai primbon adalah warisan dan hasil titen dari para leluhur. Tidak serta merta ada. Mereka membaca fenomena alam dan sosial secara berulang. Setiap tempat mempunyai kepercayaan berbeda. Di Aceh, mereka percaya jika bulan Syawal adalah bulan sial. Sementara di sebagian wilayah di Pamekasan justru menikahkan putra-putrinya di bulan Syawal, ittiba’ terhadap pernikahan Nabi dengan Siti Aisyah.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya