SOLOPOS.COM - BAJU BATIK -- Hendro dan kawan-kawannya yang berasal dari kawasan Soloraya berpose dengan mengenakan baju batik yang khusus dipesan dari Solo dalam sebuah acara pertemuan bersama di Osaka, Jepang. (Istimewa)

Meski bulan Ramadan sudah berlalu, bukan berarti kisah-kisah di seputar bulan suci ini terlupakan begitu saja. Apalagi jika bulan Ramadan itu harus dijalani di perantauan di negeri yang jauh dari tanah air. Di antaranya yang diungkapkan Hendro Cahyono, warga Karanganyar ini.

BAJU BATIK -- Hendro dan kawan-kawannya yang berasal dari kawasan Soloraya berpose dengan mengenakan baju batik yang khusus dipesan dari Solo dalam sebuah acara pertemuan bersama di Osaka, Jepang. (Istimewa)

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Melalui email yang dikirimkannya ke Solopos.com, Hendro mengaku sudah hampir 2,5 tahun merantau di Negeri Sakura, Jepang, tepatnya di Kota Osaka. “Banyak pengalaman menarik yang saya alami di sini, di antaranya ketika bulan Ramadan dan Lebaran tiba,” katanya. Jepang yang jelas bukan negeri berpenduduk muslim atau punya warga muslim dalam jumlah besar tentu saja sama sekali tidak ada geliat Ramadan ataupun Lebaran.

“Saya dan temen-temen yang kebetulan sebagian besar muslim harus membikin sendiri suasana Ramadan dan Lebaran. Misalnya dengan mangadakan acara buka puasa bersama, taraweh bersama dan halal bi halal,” papar Hendro. “Ini karena hanya untuk sekadar ke masjid, harus ditempuh dengan naik kereta lebih dari satu jam ke Kota Kobe,” katanya. Dan ketika menjalankan puasa pun, kebetulan pada bulan Agustus sedang musim panas, di mana siang hari lebih panjang daripada malam hari, waktu imsak dan subuh menjadi lebih awal yakni sekitar pukul 02.30 dini hari. Waktu magrib untuk buka puasa jatuh lebih malam, sekitar pukul 19.00.

“Ketika Lebaran tiba, karena tidak ada libur resmi untuk Hari Raya Idul Fitri, maka saya dan kawan-kawan harus mengajukan cuti untuk bisa Salat Id. Salat id sendiri diadakan oleh Konsulat Jendral Republik Indonesia di Kota Kobe,” kisah Hendro. “Dan untuk mengobati kerinduan akan kampung halaman, saya dan temen-temen yang berasal dari sekitar Solo, yang ada sekitar 30-an orang, mengadakan acara kumpul-kumpul setiap satu bulan sekali, sekadar untuk berbagi cerita,” lanjutnya. Bahkan, kata dia, mereka juga memesan batik dari Solo untuk dipakai setiap acara kumpul-kumpul tersebut. “Dan untuk mengetahui perkembangan sekitar Surakarta, Solopos.com selalu menjadi andalan untuk mengobati dahaga akan kabar seputar Soloraya,” pungkasnya.

bas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya