SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ketoprak tobong hari-hari ini memang terseok dan makin tenggelam. Terdesak tontonan di televisi dan ragam kesenian lain yang gemerlap menarik penonton. Tapi ketoprak ini pernah berjaya dan dipuja para penggemarnya.

Tak ada salahnya sejenak mengenang masa kejayaan ketoprak tobong. Ketika semua mata memuja dan menunggu. Dikisahkan oleh salah satu sutradara ketoprak, Nano Asmoro akhir pekan lalu dalam bincang-bincang seni di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), ketoprak tobong di era 1970-an sangat moncer (tenar).

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

”Pada masa itu peminatnya banyak sekali,” kata Nano sembari menambahkan di Jogja, ketoprak tobong begitu tenar pada sekitar 1972.

Nano kemudian bercerita, sejak kecil dia sudah mengikuti sepak terjang ketoprak tobong. Menurutnya dari waktu ke waktu ketoprak tobong tidak terdokumentasi dengan baik. “Selama ini orang mengenalnya dari mulut ke mulut,” terang sutradara kelahiran Pathuk, 9 Maret 1957 ini.

Bahkan tentang asal usul ketoprak ini mulai berkembang di mana, menurut Nano juga tak begitu jelas. ”Dulu saya tahunya ketoprak tobong dari cerita ayah saya. Ada yang bilang dari Klaten dibawa ke Jogja,” ujarnya.

Ketoprak tobong biasanya digelar untuk amal suatu daerah. Semakin banyak yang menonton maka semakin banyak pula uang yang akan didapat. Hasil uang tersebut, selain dibagikan ke kelompok ketoprak, juga diberikan untuk membantu masyarakat setempat. ”Istilahnya amal,” ujarnya.

Tak hanya itu saja, ketoprak tobong pada masa itu sangat kreatif. Menurut Nano setiap hari para seniman ketoprak tobong, selalu menampilkan cerita yang berbeda. Tidak hanya adegannya, tetapi juga tarian hingga musikalitasnya. Setiap hari selalu berkreasi untuk menarik perhatian penonton.

”Bayangkan kalau bermain selama 90 hari. Berarti paling tidak ada sekian banyak kreasi yang berbeda ditampilkan,” jelas Nano.

Bergabung dengan ketoprak tobong di era 1970-an menurut Nano tak mudah. Jatuh bangun dirasakan hampir seluruh pemain yang bergabung. Bahkan awalnya Nano tak mendapat peran penting. ”Awalnya jadi bala dupakan, lama-lama ditarik jadi pemain,” ujar Nano.

Senada dengan Nano, satu lagi yang menjadi saksi kejayaan ketoprak tobong adalah Yu Beruk atau bernama asli Yustiningsih. Seniman senior Jogja ini yang juga pemilik kelompok ketoprak Mataraman Mudho Rahayu ini bertutur ketoprak tobong meski telah ada dari tahun ke tahun tetap memiliki ciri khas yaitu layar atau kelir.

Yu Beruk juga bertutur, meski berada di masa jayanya namun ketoprak ini tetap memerlukan biaya agar bertahan. ”Yang penting punya teman-teman punya niat, dan ini sebagai wadah seni bagi mereka. Untuk melengkapi kelir, sound system, tata panggung, saya sampai menjual satu petak sawah saya,” paparnya.

Masa pesimistis
Bicara masa kini, Baik Nano atau Yu Beruk mengguratkan nada pesimistis akan keberlangsungan ketoprak tobong. Nano menyampaikan, ketoprak itu adalah kesenian tradisi. Akan berkembang bila dapat mengikuti zaman.

”Saya pesimis tobong bisa berkembang. Kalaupun ada wadahnya, siapa yang akan mengurus. Kalau seniman tok [saja] enggak akan mampu,” keluh Nano.

Dukungan pemerintah dan seniman saja, juga tidak akan mampu tanpa adanya dukungan dari masyarakat. ”Lah, saiki ana TV [sekarang ada televisi], sinetron, sapa sing arep nonton tobong?  [siapa yang akan menonton tobong?],” ujar Nano pada Harian Jogja Senin (13/6).

Namun Condroyono,  Mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY justru menilai lain. Saat ini ketoprak tobong jika ingin bertahan harus beradaptasi di globalisasi. Dari sisi penyajian cerita, lakon, musik bahkan hingga kostum pun menjadi semakin menarik  sehingga anak muda perlahan mulai menyukainya.

”Dulu perjalanan ketoprak pasang surutnya tidak pernah ke atas. Tapi sekarang mulai meningkat ke atas,” ujarnya.(Wartawan Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya