SOLOPOS.COM - Arin Herlawati Wijaya, 46, pengusaha Brownies Thiiwool asal Ngadirojo, Wonogiri menunjukkan salah satu varian produk bikinannya pada Minggu (12/6/2022) (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Makanan khas Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, tiwul kerap dikenal sebagai makanan pokok kelas dua atau pengganti nasi.

Tiwul terbuat dari gaplek atau singkong kering yang ditumbuk hingga menjadi tepung. Kemudian, percikkan air sembari ditumbuk hingga didapat adonan berbutir. Namun, di tangan Arin Herlawati Wijaya, tiwul diubah menjadi makanan olahan tertentu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Arin, 46, sapaan akrabnya, berhasil menyulap tiwul menjadi brownies. Usaha Arin bermula saat ia banyak menemui petani singkong di Wonogiri. Petani singkong Wonogiri mengeluh harga jual singkong hanya Rp800/kilogram.

Merasa prihatin dengan hal tersebut, Arin berinisiatif membuat makanan olahan berbahan tepung gaplek. Dia berusaha menaikkan kelas gaplek. Dia memulai usaha itu sejak 2019.

“Saya cukup lama menemukan komposisi yang pas. Ada proses trial dan error selama enam bulan. Kemudian saya tawarkan kepada teman-teman dan ternyata respons baik. Mereka tidak menyangka bahkan ada yang tidak percaya brownies dari tepung gaplek,” kata Arin saat ditemui Solopos.com di acara bazar UMKM di Slogohimo, Minggu (12/6/2022).

Baca Juga : Ini Sayur Gerus Wonogiri yang Rasanya Selalu Maknyus

Arin memasarkan Brownies Thiiwool Wonogiri secara daring dan luring. Ia menyediakan 15-20 kotak Brownies Thiiwool di outlet Brubuh, Ngadirojo Lor, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri setiap hari.

Ia juga kerap menerima pesanan puluhan hingga ratusan kotak brownies. Arin mengaku kapasitas produksi brownies tiwul hingga 300 boks per hari. Dalam satu jam, ia bisa memproduksi 30 boks brownies tiwul.

Varian Rasa & Harga

Brownies tiwul bikinan Arin memiliki beberapa varian rasa, yaitu cokelat original, cokelat keju, cokelat pandan, cokelat strawberry, dan cokelat anggur. Satu boks brownies berukuran besar Rp30.000-Rp35.000 sedangkan brownies berukuran kecil Rp20.000-Rp25.0000.

Solopos.com berkesempatan mencicipi Brownies Thiiwool rasa cokelat. Rasa kue khas Wonogiri ini manis, bertekstur lembut. Rasa tiwul atau singkong hampir tersamarkan. Makanan unik ini patut menjadi buat tangan jika berkunjung ke Wonogiri.

Baca Juga : Sega Tiwul Khas Wonogiri, Kuliner Legend Sejak Zaman Belanda

Selain varian rasa, Arin juga membuat dua jenis brownies, yakni brownies tiwul kukus dan panggang. Brownies tiwul kukus bisa bertahan sampai tiga hari sedangkan brownies panggang bisa bertahan hingga enam hari.

kuliner khas wonogiri brownies tiwul
Salah satu produk Brownies Thiiwool khas Wonogiri. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Arin biasa menitipkan produknya ke toko oleh-oleh Wonogiri dan toko serba ada atau toserba di Wonogiri dan sekitarnya. Namun, sejak pandemi dua tahun terakhir, penjualan brownies tiwul turun signifikan.

Ia memisalkan hanya dua boks yang terjual dalam sehari. Padahal dia menitipkan 10 boks di toko tertentu. Sisa delapan boks dikembalikan dan terbuang.

“Sebelum pandemi Covid-19 omzet yang dihasilkan mencapai Rp30 juta per bulan. Kemudian saat pandemi omzet turun drastis. Untuk mendapatkan omzet Rp10 juta per bulan saja susah. Padahal saya mempunyai dua karyawan yang harus tetap digaji,” ujar dia.

Arin mengaku masih memiliki pekerjaan rumah, yaitu belum mengetahui bagaimana cara brownies tiwul basahnya bisa bertahan lama tanpa pengawet. Ia berkeinginan belajar kepada mahasiswa atau dosen untuk mencari cara agar produknya bertahan lama.

Baca Juga : Lezaaat, Ini Ciri Khas Mi Ayam Wonogiri

Inovasi Produk

Sebab, ia kesulitan memasarkan brownies tiwul basah ke luar Jawa karena waktu pengiriman hingga lebih dari tiga hari. Padahal, banyak orang dari luar Jawa tertarik dengan Brownies Tiwul.

Atas dasar itu, ia mengembangkan produk Brownies Thiiwool bikinannya. Ia membuat brownies tiwul kering yang bisa bertahan sampai enam bulan. Hal itu dilakukan untuk menutupi kerugian selama pandemi.

Ada tiga varian produk Brownies Thiwool kering, yaitu Broncis atau brownies cookies, Broncis bola-bola coklat, dan Cerebi atau cereal brownies. Brownies kering ini mulai banyak peminat. Selain dijual secara daring, ia menitipkan makanan tersebut ke warung dan toko oleh-oleh di Wonogiri dan sekitarnya.

“Sebenarnya sebelum pandemi, saya sudah membuat produk tersebut tetapi belum banyak. [Waktu itu] yang laku banyak brownies tiwul basah. Untuk menyiasati kerugian, saya memutuskan memproduksi brownies tiwul kering sehingga bisa bertahan lama. Satu kemasan brownies cookies Rp15.000,” beber Arin.

Baca Juga : Pindang Kambing Wonogiri Ini Rasanya Maknyus Hlo…

Lagi-lagi, kendala muncul. Salah satunya karena tepung gaplek sebagai bahan brownies tiwul mulai susah didapatkan di Wonogiri. Bahkan, ia pernah memesan tepung gaplek dari Lampung karena saking sulit menemukan tepung gaplek di Wonogiri.

Arin bercita-cita membuka cabang outlet Browines Thiiwool di beberapa kota di Indonesia. Terdekat, ia ingin membuka cabang di Kota Solo. Mimpi besarnya, produk asli Wonogiri itu bisa tembus ke pasar internasional. “Yang penting punya cita-cita dulu,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya