SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KLATEN — Nama perempuan itu F. Baik orang tua, kerabat, hingga teman-temannya semua memanggilnya dengan satu huruf “F”. Saat  datang ke rumahnya Dukuh Sutran RT 003/RW 005, Desa Bolali, Wonosari, Klaten, Selasa (6/11/2018), F sedang sibuk di hadapan netbook.

Perempuan berhijab itu mengaku hingga kini tidak tahu kenapa dia diberi nama F. Soal arti namanya mungkin hanya orang tuanya dan Tuhan yang tahu. “Saya berulang kali bertanya kok nama saya F saja, bagaimana ceritanya, tapi bapak-ibu enggak pernah menjawab,” kata F. 

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kadang, lanjut F, ia merasa kebingungan menjawab pertanyaan teman-temannya, dosen, guru, dan sejumlah orang yang ditemuinya soal kenapa dan bagaimana dia diberi nama F. Dia merasa kesulitan menjawab karena memang belum tahu jawabannya.

“Kadang kan kalau mengurus apa gitu suka ditanyain kok namamu F, kenapa, gimana ceritanya,” ujar dia terkekeh.

KTP F. (Solopos-Cahyadi Kuniawan)

Foto: KTP F. (Solopos-Cahyadi Kurniawan)

Bermula dari nama yang unik itu pula, F mengalami sejumlah pengalaman berkesan. Pernah kawan-kawannya meminta lihat akta kelahiran atau foto untuk memastikan bahwa namanya F. Saat berkenalan dengan dosen, teman, guru, semuanya kaget dan bingung.

“Pertanyaannya selalu sama, kok bisa namamu F?” tutur perempuan kelahiran Klaten, 2 November 1999.

Pengalaman unik dialaminya saat mengurus SIM C tahun lalu. Petugas kesulitan memasukkan namanya yang hanya terdiri satu karakter. Padahal, sistem mensyaratkan nama minimal berjumlah tiga karakter. Akhirnya, petugas itu menulis nama F dengan karakter “.F.”.

“Jadi di SIM, nama saya titik F titik. Kalau satu huruf, sistem menolak,” beber dia.

Putri pasangan Prawoto, 53, dan Sri Lestari, 50, itu mengaku dari namanya kerap mendapatkan hoki. Ia mudah akrab dengan teman, temannya mudah mengingat namanya, hingga mereka yang ingin mendengar cerita lebih jauh tentang kisah F.

“[Tapi] Kadang enggak nyaman juga. Saya merasa di-bully. Kok cuma gitu, apa enggak ada nama lain. Nama kok Cuma sehuruf, padahal nama temannya panjang-panjang,” keluh mahasiswi jurusan Keperawatan, Poltekkes Surakarta.

Meski demikian, F merasa nama yang diberikan orang tuanya adalah yang terbaik baginya. Tak sedikitpun ada rencana untuk mengubah namanya. Ia memilih menikmati memiliki nama F.

“Sulit juga kalau mau mengubah nama. Saya harus ubah akta kelahiran, ijazah SD, SMP, hingga SMA. Belum surat-surat lainnya,” ungkap dia

Kakak kandung F, Tissa Karunia, 24, menceritakan nama F merupakan pemberian ayah. Ia pun tidak tahu kenapa adik semata wayangnya itu diberi nama demikian. Kelahiran F pun terbilang normal layaknya kelahiran bayi pada umumnya.

“Enggak ada kejadian khusus pas lahir. Lahirnya di rumah sama bidan,” tutur Tissa.

Ia menceritakan belum lama ini, perangkat desa datang ke rumahnya untuk memastikan nama adiknya betul F, tak kurang tak lebih.

“Ini kan mau Pilpres. Kemarin sore dari Kabupaten enggak percaya kalau namanya cuma satu huruf. Padahal, sebelumnya sudah mengumpulkan Kartu Keluarga. Ternyata masih kurang, harus KTP juga. Kemarin, Pak Mudin datang ke sini minta lihat KTP,” urai Tissa. 

Sementara itu, kedua orangtua F tidak berada di rumah. Saat itu, keduanya sedang menunggui kerabat yang opname di rumah sakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya