SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) tidak boleh dianggap remeh. Apabila tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini bisa merenggut nyawa si penderita. Jumlah penderita DBD pun terus bertambah setiap tahunnya.

Sejumlah pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi yang sudah parah. Bahkan ada pasien yang mengalami dengue shock syndrome (DSS), suatu keadaan yang paling berat dalam keadaan demam berdarah. Kondisi semacam itu harus ditangani dengan baik disertai dengan meningkatkan kewaspadaan. Khususnya dalam mencegah penularan penyakit DBD.

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, Kamis (11/7/2019), DBD merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue. Virus ini masih satu galur dengan penyebab demam kuning (yellow fever) dan zika. Sebenarnya, tidak semua orang yang terinfeksi virus dengue bakal mengalami DBD.

Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk betina yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue. Nah, dalam kasus ini nyamuk aedes agegypti menjadi vektor utama penularan penyakit DBD. Virus dengue menyebabkan berbagai masalah, mulai dari infeksi tanpa gejala, demam yang tidak khas, demam dengue dengan atau tanpa pendarahan, DBD, hngga keadaan yang paling mematikan, dengue shock syndrome (DSS).

Secara klinis, gejala DBD terdiri dari tiga fase, yakni demam, kritis, dan pemulihan. Dalam fase demam, seseorang bakal mengalami demam tinggi disertai nyeri kepala, otot, sendi, disertai munculnya bercak merah di kulit yang terjadi selama 2-7 hari.

Pada fase kritis yang biasanya terjadi selama 4-6 hari. Pada fase ini, seorang penderita DBD biasanya mengalami beberapa gejala tambahan seperti pendarahan, nyeri perut, hingga muntah. Dalam kondisi terburuk, seorang penderita DBD bisa saja mengalami penurunan kesadaran. Namun, jika kondisi tuuh sudah menurun, tandanya tubuh mulai memasuki fase penyembuhan.

Perlu diketahui, penyakit DBD biasa menyerang anak-anak. Namun, bukan berarti menutup kemungkinan orang dewasa bisa terjangkit penyakit tersebut. Gejalanya kurang lebih sama dengan yang dialami anak-anak.

Gejala DBD sulit diprediksi. Itulah sebabnya gejala DBD pada orang dewasa apalagi lansia harus diperhatikan dengan detail. Keadaan kritis biasanya terjadi setelah demam turun, yang diikuti dengan penurunan trombosit. Jika tidak diperhatikan dapat terjadi pengentalan darah atau pun shock.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya