SOLOPOS.COM - Permainan lato-lato. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO-Di media sosial dan di berbagai kalangan, kini sedang viral permainan anak lato-lato, ketahui dampak positif maupun negatifnya. Bahkan Presiden Joko Widodo dalam kunjungan ke Subang, menjajal permainan tersebut bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Dikutip dari NU online, lato-lato adalah permainan sederhana yang terbuat dari sepasang bola kecil yang terikat di tali. Permainan ini cukup ramai dimainkan oleh anak-anak. Benturannya menimbulkan bunyi unik.

Promosi Jangkau Level Grassroot, Pembiayaan Makro & Ultra Mikro BRI Capai Rp622,6 T

Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Cabang Sumenep, Kiai Zamzami Sabiq Hamid mengungkapkan sisi positif dan negatif dari permainan lato-lato tersebut. Menurut dia, mengganggu atau tidaknya permainan anak yang sedang viral, tergantung penggunaannya. Simak ulasannya di tips parenting kali ini.

Jika penggunaannya pada waktu dan situasi yang tepat, serta dengan durasi permainan yang tidak berlebihan maka tentu tidak ada dampak negatif dari lato-lato dan tidak mengganggu. “Namun jika berlebihan, ditambah dimainkan di waktu dan situasi yang tidak tepat, tentu akan sangat mengganggu,” ungkapnya dikutip dari NU Online pada Minggu (1/1/2022).

Menurutnya ada beberapa sisi positif permainan lato-lato. Lato-lato bisa mengalihkan dan mengurangi dampak kecanduan gawai yang saat ini banyak dialami oleh anak-anak. Permainan lato-lato bisa menstimulus kemampuan motorik anak. Permaiinan itu juga dapat meningkatkan fungsi koordinasi antara kemampuan kognitif dan motorik. “Fungsi koordinasi antara kognitif dan motorik halus di tangan anak ini terjadi ketika anak berusaha memainkan lato-lato hingga menimbulkan bunyi etek-etek,” paparnya.

Saat dimainkan bersama teman sebaya maka akan meningkatkan perkembangan sosio emosional anak. Hal ini akan sangat berpengaruh kepada kecerdasan emosional anak.

Sedangkan sisi negatif dari permainan lato-lato, di antaranya adalah dapat menimbulkan tangan bengkak, kepala benjol jika terkena kepala, hingga tak jarang memicu pertikaian antar pemain setelahnya.

“Jika ini terjadi, tentu akan sangat buruk dampak psikologisnya,” ujar Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Sumenep.

Kiai Zamzami menyarankan pada orang tua, bagaimanapun permainan lato-lato yang dilakukan oleh anak-anak harus diawasi oleh orang tua. Hal ini untuk mengantisipasi dampak negatif dan hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam sudut pandangnya, intensitas permainan lato-lato jangan sampai mengabaikan aktivitas dan kebutuhan anak lainnya.

Misalnya, ketika lato-lato dilombakan, harus dilakukan pada usia anak yang tepat. Karena di usia yang tepat akan mengasah emotional challenge pada diri anak. Secara teoritis, usia yang tepat untuk permainan lato-lato sebaiknya dimainkan pada usia 8 tahun ke atas. Hal ini mengacu pada teori tahap bermain anak menurut Jean Piaget, salah satu tokoh psikologi asal Swiss yang menerangkan bermain berdasarkan usia dan perkembangan kognitif anak.

“Tahapan yang diuraikan oleh Jean Piaget adalah Sensory Motor Play [usia 0-2 tahun], Symbolic atau Make Believe Play [usia 2-7 tahun], Social Play Games With Rules [8-11 tahun], dan Games With Rules and Sport [11 tahun ke atas],” terangnya.

Kiai Zamzami mengutarakan, bahaya bisa terjadi jika permainan lato-lato dilakukan oleh anak di usia yang kurang tepat atau meskipun di usia yang tepat tapi dilakukan secara berlebihan. “Anak harus diajarkan bagaimana membagi waktu yang pas saat bermain. Jangan sampai anak melupakan aktivitas atau tugas sehari-harinya, seperti istirahat, ibadah, belajar dan lainnya. Jangan sampai lato-lato menjadi over stimulus yang tentu akan menjadi tidak baik bagi perkembangan anak,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya