SOLOPOS.COM - Ilustrasi KDRT. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Sebelum melanjutkan hubungan ke arah yang lebih serius, ada baiknya kamu jeli mengamati ciri-ciri pasangan yang bisa berpotensi melakukan KDRT.  Agar memiliki hubungan yang sehat simak ulasannya di tips asmara kali ini.

Psikolog klinis Anggiastri Hanantyasari Utami mengatakan ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan sejak awal sebelum menentukan pasangan hidup demi mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

“Ketika kita mau objektif dan peka sebelum menentukan pasangan hidup ada beberapa hal yang bisa kita amati sejak dini,” kata Anggiastri seperti dikutip dari Antara pada Kamis (13/10/2022).

Baca Juga: Lesti Kejora Cabut Laporan Dugaan KDRT Rizky Billar

Dia menjelaskan kekerasan dalam rumah tangga adalah hal yang menjurus kepada isu kesehatan mental, bisa dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan ekonomi dengan tidak memberikan nafkah, kekerasan seksual dalam rumah tangga, maupun kekerasan secara psikologis.

Sebelum menjadi korban, sebaiknya ketahui sejumlah ciri-ciri orang atau pasangan yang berpotensi melakukan KDRT. “Pertama, seringkali merendahkan kita baik secara personal maupun ketika di depan umum,” ujar psikolog di LPDK Kemuning Kembar dan Omah Perden.

Ciri lainnya adalah tidak mampu mengkomunikasikan dan menyelesaikan masalah berdua dengan baik bahkan cenderung menghindari atau kabur dari masalah. Kemudian, perhatikan apakah pasangan sering menggunakan kata-kata kasar saat menyampaikan keluhannya.

Hal lain yang harus diwaspadai adalah ketika pasangan memaksakan kehendak pada pasangannya seperti mengatur apa yang seharusnya dilakukan pasangan tanpa mau mendengar kebutuhannya.

Baca Juga: Kasi Humas Polres Metro: Laporan Dicabut Tak Pengaruhi Penahanan Rizky Billar

Ciri lainnya dari pasangan yang berpotensi lakukan KDRT adalah pasangan merasa berkuasa dan merasa paling benar. “Ini ditandai dengan sering menyalahkan pasangan atas sikap dan perilaku kasar yang dilakukan dilanjutkan dengan mengatakan bahwa pasangan pantas mendapatkan hal tersebut,” jelas dia.

Amati juga apakah pasangan bersikap buruk kepada orang tua dan orang-orang sekitarnya. Sebab, sikap dan perilaku seseorang mencerminkan bagaimana ia tumbuh dan berkembang dalam keluarga.  “Bagaimana mereka memperlakukan orang-orang di rumah dan sekelilingnya dapat menjadi salah satu tanda, meskipun tidak mutlak, bagaimana mereka akan memperlakukan pasangannya di kemudian hari,” ujar Anggiastri.

Sementara itu, pasangan yang sudah menikah sebaiknya perlu saling belajar untuk bisa memahami satu sama lain dan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Kelola emosi dalam pernikahan agar tidak berujung kepada kekerasan dengan cara memahami kebutuhan diri, kemudian memahami kebutuhan pasangan dan saling mengkomunikasikannya dengan baik.

Baca Juga: Lesti Kejora Datangi Polres Metro Jakarta Selatan

Ia mengatakan dengan menempatkan kepentingan bersama, secara otomatis masing-masing akan memikirkan bagaimana cara terbaik untuk memberikan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan pasangan.  “Perlu diingat bahwa ketika menjadi pasangan suami istri, pasangan merupakan sebuah tim yang kesuksesan tim ini ada di tangan bersama,” katanya.

Ketika setiap orang mengedepankan ego dan merasa paling berhak mendapatkan apa yang diinginkan, maka yang terjadi adalah kegagalan komunikasi bahkan konflik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya