SOLOPOS.COM - Warga menunjukkan lubang penampungan awal kotoran sapi di area instalasi biogas di Huntap Kuwang, Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Minggu (14/9/2014). (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Harianjogja.com, SLEMAN—Melambungnya harga gas elpiji ukuran tiga dan 12 kilogram (kg) tak membuat sebagian warga lereng Gunung Merapi di Hunian Tetap (Huntap) Kuwang, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan khawatir apalagi panik. Dengan memanfaatkan kotoran ternak yang diolah menjadi biogas, mereka terbebas dari krisis energi.

Ditemui Harianjogja.com, Minggu (14/9/2014), salah satu warga, Sarwono, 45, menunjukkan unit pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas. Sebuah lubang persegi ukuran 0,5 meter X 0,5 meter menjadi tempat penampungan awal kotoran sapi sebelum dialirkan ke bak instalasi yang dikenal dengan nama digester.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Digester merupakan tempat menampung karbondioksida dan gas metana yang merupakan gas yang mudah terbakar. Satu bak lain berbentuk persegi panjang menjadi tempat menampung kotoran yang tidak terserap dalam proses fermentasi kotoran sapi menjadi biogas. Instalasi biogas itu dibangun di dua sisi kandang komunal Huntap Kuwang yang berisi sekitar 80 ekor sapi.

“Yang masuk ke dalam penampungan awal sudah encer dari dalam kandang,” ungkap Sarwono di kandang komunal Huntap Kuwang, Minggu.

Tetapi sayangnya, keberadaan biogas itu belum dapat melayani seluruh keluarga di Huntap Kuwang. Dari 86 KK yang ada, biogas yang dihasilkan baru bisa melayani sekitar 10 hingga 15 KK.

“Belum maksimal, belum ada yang secara khusus mengurus ini,” katanya menambahkan.

Salah satu warga yang sudah bisa menikmati biogas yakni Priyatin. Saat ditemui di dapurnya, ia sedang sibuk memasak dengan kompor berbahan biogas. Hasil fermentasi gas dari dalam digester disalurkan ke rumahnya dengan pipa paralon. Untuk menyalakan, Priyatin harus dibantu dengan korek api sebagai pemantik. Selanjutnya, api yang dihasilkan dari biogas sama seperti api yang berasal dari gas elpiji.

“Sama seperti api elpiji bisa besar juga,” kata Priyatin.

Ia merasakan manfaat biogas yang merupakan program swasta itu sejak tiga bulan terakhir secara gratis. Selama itu pula, gas selalu dapat dipakai dan tidak pernah habis. Sebelum ada instalasi biogas ia biasa menghabiskan sekitar empat tabung gas ukuran 3Kg untuk satu bulan. Priyatin mendapatkan jatah biogas itu karena rumahnya tergolong dekat dengan lokasi instalasi. Warga lain yang sederet dengan rumahnya juga turut merasakan manfaat biogas.

“Sangat membantu sekali. Biasanya sepekan habis satu tabung sekarang tidak beli lagi,” ucapnya.

Dengan populasi ternak sapi di Sleman yang mencapai 61.000 ekor, Pemkab Sleman sebenarnya bisa memanfaatkan kotorannya sebagai energi yang terbarukan. Apalagi hampir semua huntap di lereng Merapi memiliki kandang komunal. Pemerintah daerah harus memiliki keberanian dalam programnya untuk memanfaatkan kotoran sapi itu melalui dinas terkait. Jika dapat dilakukan tidak saja membantu warga, tapi juga membantu negara dalam menghemat energi yang cadangannya selalu menipis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya