SOLOPOS.COM - Ilustrasi, pemeriksaan cukai rokok (JIBI/Solopos/Dok.)

Kenaikan harga rokor Rp50.000/bungkus dinilai Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah (Jateng) hanya isu yang diembuskan lembaga asing, Bloomberg Initiative, dari Amerika Serikat yang bergerak di bidang farmasi.

Semarangpos.com, SEMARANG – Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang sudah memutuskan untuk tidak menaikan harga rokok saat ini. Meski demikian, isu kenaikan harga rokok Rp50.000/bungkus sudah telanjur membuat para petani tembakau yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah gusar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua DPD APTI Jateng, N. Wisnu Brata, mengaku saat ini Presiden Jokowi memang belum mau menyetujui rencana kenaikan harga rokok. Meski demikian, ia khawatir keputusan itu bisa berubah menyusul desakan dari lembaga-lembaga masyarakat antirokok.

”Isu ini kan cuma akal-akalan dari LSM-LSM [lembaga swadaya masyarakat] yang didanai Bloomberg [Initiative dari Amerika Serikat] untuk menekan konsumsi rokok di Indonesia. Kalau sampai itu berhasil, tentunya yang akan dirugikan adalah petani kita,” ujar Wisnu saat dijumpai wartawan usai menggelar audensi dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Kantor Pemprov Jateng, Kamis (25/8/2016).

Wisnu menilai jika harga rokok di Indonesia semakin tinggi, maka konsumsinya akan menurun. Hal ini akan membuat rokok produksi dalam negeri tidak laku sehingga membuat produk-produk asing akan ramai di pasaran, salah satunya adalah rokok elektrik.

”Oleh karenanya kami datang ke sini [menemui Gubernur] agar menyuarakan suara kami ke pemerintah pusat. Kami tidak setuju jika harga rokok dinaikkan, terlebih lagi saat ini produksi kami sedang menurun,” imbuh Wisnu.

Terpisah, Ganjar belum memberikan sikap pasti terkait isu kenaikan harga rokok itu. Saat ditanya wartawan apakah setuju harga rokok dinaikkan, Ganjar menyatakan kalau itu baru sebatas isu sehingga tidak perlu dibesar-besarkan. ”Kalau dinaikkan ya diturunkan lagi,” ujar Ganjar.

Meski demikian, Ganjar menilai tidak selayaknya jika industri tembakau di Tanah Air dijadikan musuh bagi bangsa. Meski pun dari penelitian, tembakau banyak merugikan kesehatan, Ganjar menilai manfaatnya tetap ada bagi kemanusiaan.

”Oleh sebab itu nanti yang perlu diatur itu penggunaannya. Siapa yang boleh merokok dan tidak. Kalau perlu kita bikin tempat riset tentang tembakau, supaya tembakau asli Indonesia tidak mati,” ujar Ganjar.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya