SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Elpiji 3 Kg (JIBI/Bisnis Indonesia/Rachman)

Harianjogja,com, BANTUL- Kenaikan harga gas elpiji non subsidi ukuran 12 Kg mulai memicu peningkatan konsumsi gas bersubsidi 3 Kg.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul Sulistyanta menyatakan lembaganya sudah melakukan pemantauan ke beberapa pangkalan elpiji di Bantul guna memonitor migrasi pengguna gas 12 Kg ke 3 Kg. Hasilnya, mulai terjadi kenaikan permintaan gas 3 Kg. Ia tidak menyebut berapa prosentase kenaikan permintaan gas 3 Kg. Namun dari beberapa pangkalan yang terpantau, rata-rata pembelian gas bersubsidi naik sebanyak tiga tabung.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Untuk mengetahui data pasti kenaikan konsumsi gas 3 Kg akibat migrasi pengguna gas 12 Kg, Disperindagkop baru akan bertemu dengan para agen elpiji di Bantul Jumat (12/9/2014) ini. Data kenaikan konsumsi gas bersubsidi itu rencananya dijadikan bahan oleh Pemkab Bantul untuk mengusulkan penambahan gas 3 Kg ke PT Pertamina. Kebijakan itu untuk mengantisipasi kekurangan gas 3 Kg di pasaran setelah harga gas 12 Kg naik.

Untuk sementara waktu, konsumen pengguna 12 Kg menurutnya dapat beralih membeli Bright Gas yang diproduksi PT Pertamina. Bright Gas berkapasitas 12 Kg, namun harganya lebih murah Rp5.000 dibanding gas elpiji ukuran 12 Kg model biasa.

“Selain itu, Bright Gas katanya lebih efisien 10-15 persen,” ungkapnya.

Sulistyanto juga mengakui sebelum lebaran lalu di Bantul ditemukan hotel dan warung makan nekat menggunakan elpiji khusus untuk rumah tangga tersebut. Hanya dia tidak mau menyebutkan nama hotel dan restoran dimaksud.

“Yang jelas ada beberapa sudah kita temukan dan langsung kita beri peringatan tertulis pertama. Tentu kalau peringatan itu dilanggar kita langsung berikan sanksi tegas,” ujar dia. Sampai saat ini beberapa tempat usaha tersebut saat ini masih menjadi pengawasan instensif.

Sulistyanto mengatakan pengawasan penggunaan elpiji tiga kilo gram tidak mungkin hanya dilakukan Disperindakop Bantul. Pihaknya memandang perlunya  peran serta masyarakat langsung, partisipasi pihak berwenang kepolisian dan serta agen dan pertamina langsung sangat menentukan kebijakan tersebut tidak meleset ditingkat bawah. Menurut dia, kenaikan harga elpiji 12 Kg yang ditetapkan pemerintah sudah mulai dirasakan adanya migrasi pengguna elpiji ke ukuran tiga kilo gram. Namun sampai hari kemarin migrasi tersebut belum dinilai menganggu ketersediaan di masyarakat.

Terpisah, Endang Krisnawati pemilik pangkalan elpiji di Trirenggo Bantul menyatakan, di pangkalannya sampai sekarang belum terjadi lonjakan pembelian gas 3 Kg. Kendati pemerintah telah menaikan harga jual gas 12 Kg. “Sampai sekarang belum masih stabil,” ujarnya.

Berkaca pada pengalaman sebelumnya saat harga gas non subsidi naik, kenaikan konsumsi gas 3 Kg mencapai hingga 20%. Di Pangkalan milik Endang, dalam seminggu mampu menjual hingga 400 tabung gas bersubsidi. Harga gas 3 Kg dijual sebesar Rp15.000 per tabung ke pengecer dan konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya