Harianjogja.com, JOGJA—Kenaikan harga liquid petroleum gas (LPG) alias elpiji dan tarif dasar listrik memang menggenjot inflasi pada semester II tahun ini. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memprediksi dampaknya tak akan lama.
“Dampak kenaikan BBM nanti hanya memiliki bobot terhadap inflasi sebesar tiga persen. Dampak kelanjutan untuk biaya angkutan
hanya sebesar 0,9 persen [di DIY]. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kota-kota lain yang ada di Pulau Jawa,” ujar
Kepala Kantor Perwakilan BI DIY, Arief Budi Santoso, di kantornya, Rabu (24/9/2014).
Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran
Menurut dia, keberadaan industri dan angkutan di Jogja tidak begitu besar sehingga tidak mengalami dampak dari putaran kedua. Dia
menambahkan, di sejumlah wilayah, inflasi akibat kenaikan kebutuhan bahan sebagai dampak kenaikan BBM biasanya dirasakan
hingga setahun. Kondisi tersebut berbeda dengan wilayah DIY.
“Berkaca pada kenaikan harga BBM 2005 dan sebelumnya, dampaknya dirasakan paling lama tiga bulan saja,” kata Arief.
Dia memperkirakan faktor tersebut lebih dipengaruhi oleh kultur dan budaya masyarakat sehingga tekanan terhadap inflasi kecil.
Pihaknya pun dapat menjaga ekspektasinya saja. Pada semester II tahun ini, BI memperkirakan perekonomian DIY masih cukup
kondusif untuk tumbuh baik.