SOLOPOS.COM - Seorang penjual daging sapi tengah melayani p-embeli di Pasar Kadipolo, Solo, beberapa waktu lalu. Naiknya harga daging sapi menjadi salah satu penyebab naiknya angka inflasi Soloraya bulan ini. (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)

Seorang penjual daging sapi tengah melayani p-embeli di Pasar Kadipolo, Solo, beberapa waktu lalu. Naiknya harga daging sapi menjadi salah satu penyebab naiknya angka inflasi Soloraya bulan ini. (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)

SOLO — Kenaikan harga daging sapi dinilai menjadi sumber tekanan inflasi utama Kota Solo hingga pekan kedua November ini. Kendati demikian, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Solo, menyimpulkan bahwa tekanan inflasi Solo masih relatif terkendali.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sekretaris Tim Pengarah TPID Kota Solo, Doni P Joewono, menyampaikan dari hasil rapat TPID Solo, Selasa (20/11/2012), disimpulkan bahwa sumber tekanan inflasi terutama berasal dari kenaikan harga daging sapi, beras jenis mentik wangi, bawang merah, bawang putih dan gula pasir.

Kenaikan harga daging sapi, kata Doni, diperkirakan terjadi karena banyak sapi dari Soloraya yang dipasok ke Jakarta dan luar Jawa khususnya Sumatera. “Di samping itu, pasokan daging sapi impor juga terbatas. Aksi sebagian pedagang yang memboikot menjual daging sapi karena harganya terlalu tinggi diperkirakan justru memicu kenaikan harga yang lebih tinggi lagi,” kata Doni, dalam keterangan tertulis yang diterima Solopos.com, Selasa (20/11/2012).

Untuk meredam tingginya harga daging sapi, dalam jangka pendek bisa dilakukan dengan membuka kran impor. Di samping itu, dalam jangka panjang untuk meningkatkan produksi ternak sapi, pemerintah diharapkan bisa memberikan bantuan kepada peternak berupa bibit gratis atau bantuan inseminasi buatan secara gratis.

Tekanan inflasi dari kenaikan harga daging sapi ini bisa dikendalikan karena masih ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga. Diantaranya emas perhiasan, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras dan tepung terigu. Sedangkan untuk komoditas yang lain cenderung stabil. Dengan perkembangan tersebut, inflasi year on year Kota Solo pada bulan November 2012 diperkirakan mendekati batas bawah sasaran inflasi nasional yang sebesar 4,5% ± 1%.

Sementara itu berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang diselenggarakan Kantor BI Solo, inflasi month to month Kota Solo hingga pekan kedua bulan November 2012 diperkirakan sebesar 0,11%. Menjelang akhir tahun, lanjut Doni, TPID Kota Solo mulai mencermati adanya risiko kenaikan harga menjelang Natal dan Tahun Baru. Penyebabnya yaitu adanya ekspektasi inflasi yang negatif sehingga konsumen cenderung melakukan panic buying. Untuk mengantisipasinya, direncanakan dilakukan inspeksi lapangan menjelang Natal dan Tahun Baru.

Di samping itu, untuk mengarahkan ekspektasi inflasi yang positif perlu diperluas dan dipercepat akses informasi harga kepada masyarakat, di antaranya dengan penyediaan billboard elektronis informasi harga komoditas yang di pasang di pasar-pasar tradisional. “Dengan adanya billboard ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui secara cepat perkembangan harga komoditas di pasar-pasar sehingga bisa melakukan transaksi jual beli secara wajar dan rasional,” imbuh Doni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya