SOLOPOS.COM - Pengendara motor antre membeli bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Klodran, Colomadu, Karanganyar, Senin (17/6/2013). Demi mengantisipasi penimbunan menjelang kenaikkan harga BBM, BPC Hiswana Migas Surakarta menginstruksikan kepada semua SPBU untuk menyetop pembelian BBM berjeriken sampai adanya kepastian kenaikan harga. (Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

Pengendara motor antre membeli bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Klodran, Colomadu, Karanganyar, Senin (17/6/2013). Demi mengantisipasi penimbunan menjelang kenaikkan harga BBM, BPC Hiswana Migas Surakarta menginstruksikan kepada semua SPBU untuk menyetop pembelian BBM berjeriken sampai adanya kepastian kenaikan harga. (Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

KARANGANYAR Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) telah membuat masyarakat repot. Masyarakat pedesaan di Karanganyar mulai mengeluhkan ketersediaan bensin eceran yang kian menipis. Sebagian pedagang bahkan telah menaikkan harga bensin eceran hingga Rp7.000 per liter sejak Selasa (18/6/2013).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pedagang eceran berdalih kesulitan kulakan bensin, sehingga mereka menjual stok bensin dengan harga tinggi. Pasalnya beberapa SPBU melarang pembelian bensin dengan menggunakan jeriken untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penimbunan BBM. Pedagang hanya diperkenankan membeli bensin dengan jeriken jika mengantongi surat izin khusus.

Sementara itu, masyarakat desa yang tidak memiliki pilihan lain terpaksa membeli bensin eceran berharga tinggi.“Hla mau bagaimana? Kalau beli ke pom [SPBU] jauh sekali, jadi ya mau ndak mau beli eceran. Kalau protes katanya disuruh beli sendiri ke pom,” ujar seorang warga Desa Kalijirak, Tasikmadu, Patmini, saat ditemui Espos tengah menjajakan makanan berkeliling desa, Kamis (20/6/2013).

Seorang buruh tani asal Desa Delingan, Karanganyar, Suparto, juga mengakui adanya lonjakan harga bensin eceran di wilayahnya. Dia mengaku bingung dengan harga bensin eceran yang sudah melejit sebelum pemerintah resmi menaikkan harga BBM. Menurutnya, setelah DPR menyetujui RAPBN-P pada Senin (17/6) malam, sebagian pedagang bensin eceran langsung berancang-ancang menaikkan harga.

Suparto menyatakan kelangkaan bensin eceran di pedesaan juga disebabkan karena sebagian pedagang memilih berhenti berjualan. Mereka mengaku tidak bisa membeli bensin dengan jeriken, sehingga tidak memiliki stok bensin untuk dijual. “Sudah banyak pedagang bensin eceran yang tutup, katanya di SPBU juga habis, antrenya banyak. Tapi ada juga sebagian pedagang yang memilih menyimpan stok bensinnya,” ungkapnya.

Kelangkaan bensin eceran juga terjadi di Kecamatan Mojogedang, Karanganyar. Akibatnya, harga bensin eceran di wilayah itu juga telah mencapai Rp7.000 per liter. Sementara di sejumlah SPBU di Karanganyar juga diserbu warga. Pantuan Solopos.com, Kamis, para pengguna kendaraan bermotor tampak mengantre membeli BBM bersubsidi. Mereka rela mengantre lantaran ingin membeli BBM jenis premium dan solar dengan harga lama yakni Rp4.500 liter.

Seorang konsumen, Andri Wirawan, mengatakan dirinya rela mengantre membeli BBM bersubsidi lantaran ketakutan bila stok BBM di SPBU habis. Dia harus rela antre selama 20 menit untuk membeli BBM di SPBU. Apalagi, menurut Andri, harga baru BBM bersubsidi jenis premium cukup tinggi yakni Rp6.500/liter. “Cukup lumayan antrenya sekitar 20 menit, sekarang kan harganya masih yang lama, takut stok BBM habis,” imbuhnya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya