SOLOPOS.COM - Kampus Universitas Sumatra Utara. (usu.ac.id)

Kampus Universitas Sumatra Utara. (usu.ac.id)

MEDAN — Gelombang unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Medan, Sumatra Utara, belum berakhir hingga Rabu (19/6/2013) atau hari ketiga setelah DPR menyetujui penghapusan subsidi BBM dan pemberlakuan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) memulai demonstrasi mereka pukul 21.00 WIB. Pembantu Rektor III USU Raja Bongsa Hutagalung turun mengawal aksi unjuk rasa ratusan mahasiswanya itu demi memastikan demonstrasi malam-malam tersebut berlangsung damai.

Ratusan mahasiswa USU Medan yang menggelar unjuk rasa itu memblokade persimpangan jalan Kampus USU. Mereka membakar ban di tengah-tengah pertigaan antara Jl Jamin Ginting dan Jl Doktor Mansyur. Blokade jalan itu tak urung mengakibatkan kemacetan parah dari ketiga sisi jalan.

Raja Bongsu Hutagalung mendukung secara penuh aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswanya. Hanya saja, aksi unjuk rasa tersebut harus memperhatikan kaidah-kaidah yang ditetapkan dalam menyampaikan pendapat.

“Pesan saya silakan berunjuk rasa, dulu saya juga mahasiswa. Unjuk rasa boleh, tapi ambil simpati masyarakat, jangan mengganggu lalu lintas. Kalau mengganggu, pasti masyarakat mengumpat. Bila perlu mahasiswa membawa bunga, jangan anarkis,” katanya.

Kendati tidak ada mahasiswa yang meminta izin dari pihak rektorat, Raja menyatakan tetap mengawal proses unjuk rasa agar tidak terjadi anarkistis. Dia berharap tidak ada korban dari pihak mahasiswa apabila terjadi bentrokan dengan siapapun termasuk dengan aparat kepolisian.

Pada prinsipnya, kata dia, mahasiswa sudah tidak bisa meminta pemerintah membatalkan rencana kenaikan harga BBM. Pasalnya, DPR telah mengesahkan Undang Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (UU APBN-P) yang didalamnya terdapat paket kenaikan harga BBM.

Untuk itu, dia berharap mahasiswa mengawal dengan kritis penyaluran pengalihan dana subsidi BBM dalam bentuk beasiswa pendidikan, pembangunan infrastruktur dan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM). “Demo yang kemarin [Senin malam sampai Selasa dini hari] itu saya sampai pagi ada di kampus, yang pasti mahasiswa jangan sampai kena, kalau sampai ada emosi sampai merusak fasilitas, masyarakat akan mengecap negatif, tunjukkan mahasiswa USU punya softskill dan attitude,” tegasnya.

Aksi unjuk rasa mahasiswa berakhir dengan damai pada pukul 22.30 WIB. Mereka dengan tertib membubarkan diri dan kembali membuka blokade jalan. Sebelum membuka blokade, sejumlah mahasiswa sempat berorasi, sedangkan mahasiswa lain membawa spanduk bertuliskan, “Turunkan Rezim SBY-Boediono”. Mereka juga menuliskan kalimat tersebut di aspal Jl Jamin Ginting, Medan.

Dua hari sebelumnya, Senin (17/6/2013) malam, mahasiswa juga melakukan aksi serupa di tempat yang sama. Aksi unjuk rasa tersebut merupakan gabungan mahasiswa dari berbagai universitas di Medan, selain mahasiswa USU, bergabung juga Universitas HKBP Nomensen, Universitas Darma Agung (UDA) Medan, dan Akademi Manajemen Informatika Komputer Medan Business Politechnyic (AMIK MBP). Bukan hanya memblokade jalan hingga Selasa dini hari, pengunjuk rasa waktu itu juga membakar pos polisi, merusak lampu pengatur arus lalu lintas, merusak papan nama jalan, dan sempat bentrok dengan ratusan polisi.

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya