SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkhawatirkan kenaikan elpiji non subsidi dan tarif dasar listrik (TDL) yang dilakukan secara bersamaan akan memukul daya beli masyarakat.

Hal itu diungkapkan Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, Minggu (23/5). “TDL, tarif tol, elpiji dan kereta api ekonomi antar kota, semuanya akan dinaikkan tahun ini. Kalau semuanya serentak dinaikkan, maka  itu akan pukul daya beli konsumen secara keseluruhan,” ujarnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meskipun kenaikan elpiji non subsidi adalah termasuk aksi korporasi, namun Agus berharap agar pemerintah hati-hati dalam menyetujui kenaikan elpiji non subsidi sebesar Rp 1.000 per kilogram (Kg) yang diusulkan PT Pertamina (Persero) tersebut.Pemerintah harus memperhitungkan dengan matang terkait waktu kenaikan harga elpiji itu.

“Masyarakat digencar dengan berbagai kenaikan harga tanpa adanya kenaikan pendapatan mereka, itu sama saja melumpuhkan daya beli mereka. Jadi waktu kenaikannya harus diperhitungkan secara matang. Jangan sampai serentak” ungkapnya.

Selain berdampak pada daya beli konsumen, Ia juga memperkirakan kenaikan harga elpiji justru akan membuat bengkak subsidi elpiji dalam APBN. Menurut Tulus, kenaikan ini akan membuat para pemakai elpiji non subsidi akan bermigrasi menggunakan elpiji 3 Kg yang harganya lebih murah karena masih disubsidi.

“Sekarang saja 10% pengguna elpiji 12 Kg sudah beralih menggunakan elpiji 3 Kg,” jelasnya. Pada kesempatan yang sama, ia juga meminta agar formulasi harga elpiji non subsidi tersebut diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan  (BPK) agar penetapan harganya bisa lebih tranparan.

“Selama ini, kan Pertamina yang tentukan itu semua. Jadi formulasi harganya harus diaudit oleh lembaga independen seperti BPK,” tergasnya.

Seperti diketahui, Pertamina berencana untuk menaikkan harga elpiji ukuran 12 kg sebesar RP 1.000 per kg pada tahun ini. Kenaikan tersebut diusulkan karena saat ini BUMN Migas tersebut mengaku harus nombok sekitar Rp 2.658 per kg dari setiap elpiji non subsidi yang dijualnya kepada masyarakat.

Sementara konsumsi elpiji non subsidi pada tahun ini diperkirakan mencapai 1,2 juta metric ton (MT). Elpiji non subsidi terdiri dari elpiji ukuran 12 kg, 50 kg, dan elpiji curah atau bulk.

Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan memperkirakan kerugian yang akan dialami perseroan dari penjualan elpiji non subsidi tahun ini sekitar Rp 2,7 triliun jika harga elpiji jenis tersebut tidak dinaikkan.

dtc/ tiw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya