Rabu, pekan lalu seperti biasanya ia berangkat kuliah ngampiri teman sekelasnya, Gendhuk Nicole, sekalian nebeng motor menuju kampusnya. Sesampai kamar Gendhuk, Cempluk celingak-celinguk mencari sesuatu. Dilihatnya ada bedak di meja, lalu dipakainya biar wajah hitamnya sedikit memutih.
Selesai bedakan, Gendhuk mencari parfum. Berhubung temannya masih di kamar mandi, ia pun asal mengambil sebuah sebuah botol, menciumnya, lalu mengoles-oleskan di badannya sambil mbungahi ngana kae. “Lumayan, dapat parfum gratis,“ pikirnya.
Singkat cerita, sesampai di kampus Cempluk mulai merasakan badannya panas. Di tengah-tengah perkuliahan rasa panas pun semakin menjadi-jadi. Cempluk duduk mingsat-mingset sambil mengipas-kipasi badannya.
Singkat cerita, sesampai di kampus Cempluk mulai merasakan badannya panas. Di tengah-tengah perkuliahan rasa panas pun semakin menjadi-jadi. Cempluk duduk mingsat-mingset sambil mengipas-kipasi badannya.
Mengetahui temannya bertingkah aneh, Gendhuk pun bertanya, “Ngapain, Pluk, kok kaya kepanasan gitu?”
“Embuh ki, badan dan ketiakku jadi panas semua,” jawab Cempluk.
“Pakai parfummu yang dioles-oles itu lo, yang ada tulisannya frescare.”
“Oalah Pluk… Pluk. Pantesan kamu kepanasan. Itu bukan parfum, tapi minyak angin oles! Kenapa nggak dibaca dulu.”
“Lha wong ya wangi, tak kira ya parfum,” jawab Cempluk kisinan.
Teman-teman yang mendengarnya ikut tertawa.
Niken Fatimah, Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Bahasa, Prodi PAI, IAIN Solo.