SOLOPOS.COM - Sompil alias sumpil di kawasan Umbul Jolotundo Klaten. Sompil di daerah Klaten tersebut punya ciri khas karena di bagian ujungnya tak lancip tapi tumpul. (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Sompil alias sumpil (hewan sejenis siput) yang berada di salah satu daerah di Klaten ini benar-benar unik dan memiliki ciri khas. Bagian ujung sompil lazimnya lancip, tapi sompil di Klaten ini ujungnya justru tumpul.

Sompil khas Klaten yang tumpul itu dapat ditemui di sekitar objek wisata Umbul Jolotundo, Karanganom. Selain sompil yang khas di Klaten, warga di Dukuh Mao dan Birinan, Desa Jambeyan, Kecamatan Karanganom juga tak berani menanam pohon pisang hingga sekarang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kisah sompil dan larangan menanam pohon pisang itu konon bermula dari cerita turun-temurun di Jolotundo di zaman dahulu. Sebagaimana diketahui, kawasan Jolotundo dikenal sebagai sumber atau mata air.

Di zaman dahulu, tempat itu menjadi tempat utama bagi seorang petapa. Seorang petapa itu memiliki seorang putri yang cantik bernama Roro Amis.

Suatu ketika, Roro Amis mandi di sumber air itu menggunakan getek yang terbuat dari gedebok. Di tengah mandi itu, Roro Amis terjatuh hingga kakinya berdarah karena tertancap sumpil alias sompil.

Baca Juga: Taman Lampion Klaten, Ruang Terbuka Ramah Anak di Kawasan Perkotaan

Lantaran sakit karena kakinya tertancap sompil dan berdarah itulah, nyawa Roro Amis tak tertolong. Seorang petapa yang menjadi ayah dari Roro Amis sangat sedih kehilangan putri cantiknya.

“Di tengah kesedihan itu, petapa itu mengutuk sompil yang ada di sekitar Jolotundo. Ujung sompil tidak lancip tapi tumpul. Ini berlaku sampai sekarang, sompil di sini tetap tumpul [sompil khas Klaten berbeda dengan sompil di daerah lain yang dikenal lancip],” kata Sekretaris Desa (Sekdes) Jambeyan, Kecamatan Karanganom, Tri Rukun Widodo, saat ditemui Solopos.com, di kantornya, Senin (14/6/2021).

Tri Rukun Widodo mengatakan kisah turun-temurun yang dialami Roro Amis tak berhenti di sompil di Umbul Jolotundo. Gedebok yang sempat menjadi getek Roro Amis terhanyut hingga ke Dukuh Mao dan Birinan.

“Di situ, seorang petapa juga meminta warga yang ada di sekitar Mao dan Birinan tak menanam pohon pisang. Hingga sekarang, hal itu masih dipercayai warga di sini. Bisa dilihat, di Mao dan Birinan tak ada pohon pisang. Dulu, ada cerita di sini ada banjir dan sebuah bonggol pisang ikut hanyut. Akhirnya bonggol pisang itu tertanam di rumah seorang warga. Yang terjadi selanjutnya, warga itu meninggal dunia,” katanya.

Baca Juga: Umbul di Ngrundul Klaten Ini Airnya Dikenal Segede Brondong

Salah seorang pengelola di Umbul Jolotundo, Syamsu Krisna Mukti, mengatakan sompil di Jolotundu Klaten memang memiliki ciri khas karena ujungnya tumpul.

“Sompil di sini ujungnya memang tumpul. Dahulu kala, di Umbul Jolotundo ini dikenal sebagai petirtaan kuno. Di sini, ada tapak kaki Bima juga [di sebuah batu besar di kompleks umbul]. Di sini ada juga Dewa Siwa dan Ganesa,” katanya.

Demikian, kisah sompil khas Klaten yang ujungnya tak lancip tapi tumpul. Sompil yang konon terkena kutukan di Klaten ini berbeda dengan sompil di daerah lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya