SOLOPOS.COM - Ilustrasi virus corona atau covid-19 (Freepik)

Solopos.com, JOGJA – Kisah tragis dialami seorang pasien kritis yang menunjukkan gejala terinfeksi virus corona di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sayangnya, pasien yang dirawat di Klinik Nur Hidayah itu tidak segera mendapat tempat di 23 RS rujukan.

Kisah tragis pasien kritis corona itu diceritakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bantul, Sagiran. Sagiran juga merupakan pemilik Klinik Nur Hidayah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dia mengeluhkan layanan rujukan pasien terkait Covid-19 di Bantul yang lambat dan kurang terkoordinir antar-rumah sakit (RS) rujukan. Akibatnya pasien kritis yang mengalami gejala corona di kliniknya terbengkalai.

Update! Pasien Positif Corona Indonesia Tembus 1.414 Kasus, Jateng Tambah 17

Sagiran mengatakan ada tiga pasien di kliniknya yang menunjukkan tanda-tanda ke arah Covid-19. Ketiga pasien itu mengalami demam, batuk, hingga sesak napas. Bahkan salah satu pasien yanng menunjukkan tanda infeksi virus corona di klinik swasta Bantul itu dinyatakan kritis.

Pihaknya memperlakukan pasien tersebut sebagai pasien yang mengarah ke Covid-19. Petugas medis yang merawat si pasien harus mengenakan alat pelindung diri (APD) meski seadanya.

Namun sayangnya saat akan merujuk pasien kritis corona di Bantul itu, semua rumah sakit menolaknya. Baik rumah sakit rujukan di Bantul, Jogja, maupun Sleman.

Warga Wonogiri Tolak Bala Corona Pakai Jimat, Jekek: Gak Mempan

“Sudah telepon 23 rumah sakit enggak mau terima. Kami tak ada bantuan. Tolong pasien sedang kritis,” tegas Sagiran, saat dihubungi Harianjogja.com, Senin (30/3/2020).

Menurut Sagiran, seharusnya rumah sakit rujukan corona yang ditentukan pemerintah tidak boleh menolak pasien apalagi yang kritis seperti di Bantul dengan berbagai alasan.

“Sementara kami mau merujuk pasien kesulitan. Siapa yang bertanggung jawab. Saya marah betul ini,” ujar Sagiran.

Perbaiki Protokol

Dia meminta pemerintah dan Dinas Kesehatan memperbaiki protokol penanganan rujukan pasien Covid-19 agar tidak terjadi kekacauan di lapangan. Sebab, hal itu amat merugikan pasien yang seharusnya segera mendapat pertolongan.

Warga Tegalarum Karanganyar Lockdown Kampung hingga April 2020

Sagiran mengaku banyak pasien yang mengalami gejala mirip infeksi virus corona di kliniknya di Bantul. Ada juga pasien lain dengan gejala mirip Covid-19 yang berobat ke fasilitas kesehatan pertama seperti klinik dan dokter praktik sebagai fase pertama pengobatan.

Pihak klinik akan melakukan diagnosa awal. Jika pasien menggalami gejala mengarah ke Covid-19, maka langsung dirujuk ke RS rujukan. Namun jika rumah sakit rujukannya menolak maka harus ada pertanggung jawaban dari pemerintah.

Tenang! Masyarakat Jateng Bakal Dapat Bantuan Selama Darurat Corona

Sagiran menambahkan tidak mungkin kliniknya menolak pasien meski mengarah pada Covid-19 dengan segala keterbatasan. Namun ia juga meminta pemerintah memikirkan risiko dalam penanganan pasien Covid-19.

Salah satunya dengan mempermudah rujukan dan memperbanyak APD di semua rumah sakit fase awal hingga lanjutan. Sebab tidak semua pasien Covid-19 langsung menuju rumah sakit rujukan Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya