SOLOPOS.COM - Ketua RT 013, Sukadi, 67, (kiri) berbincang dengan Karti Pawiro Kasiman, 90, di depan biliknya yang terletak di Dukuh Ngelo RT 013, Desa Glonggong, Kecamatan Gondang, Sragen, Rabu (24/8/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kemiskinan Sragen terdapat warga lansia mantan transmigran yang hidup dari bantuan warga lain.

Solopos.com, SRAGEN – Karto Pawiro Kasiman, 90, berjalan pelan sambil membawa tongkat kayu dari biliknya berukuran 3 meter x 2 meter saat rombonan Kepala Desa Glonggong, Kecamatan Gondang, Sragen, Jumadi, datang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Senyum orang tua itu mengembang saat menyambut orang nomor wahid di Desa Glonggong. Bilik berdinding gedek yang didiami Karto berada di belakang rumah Supardi, 45, yang berdiri megah berdinding tembok di Dukuh Ngelo RT 013, Desa Glonggong.
Tempat tidur sempit dari sambungan kayu diletakkan disudut ruangan dekat pintu masuk. Di belakang pintu masuk ada meja kecil sebagai tempat minuman dan makanan.

Di belakang meja itu terjadi tungku tanah liat untuk merebus air atau menanak nasi. Di gubuk sempit itulah, Karto hidup sebatang kara selama lebih dari 10 tahun. Istrinya sudah meninggal belasan tahun lalu. Ia tak dikaruniai anak. Pasangan Hadi Suwarno, 55, dan Rukmini, 50, yang dianggap sebagai keponakan Karto.

Puluhan tahun lalu, Karto tinggal di sebelah utara rumah Samiyem, 80, yang kini dihuni cucunya, Supardi. “Waktu itu ada program transmigrasi ke Sumatera. Rumahnya dijual untuk modal hidup di luar Jawa. Kemudian istrinya meninggal di sana. Rumahnya di tanah transmigran itu pun dijual untuk membiayai pulang ke Jawa pada 15 tahun lalu,” ujar Rukmini, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (24/8/2016) siang. Setibanya di Sragen, Karto sempat tinggal di saudara jauh Kromo Sumarto.

Suminah Benik, 55, meminta Karto untuk tinggal di rumahnya untuk menemani Samiyem yang juga lanjut usia. Suminah Benik merupakan orang tua Supardi. Semula Karto dan Samiyem rukun. Lambat laun, kedua orang tua itu tidak cocok dan Karto memilih tinggal di gubuk reot itu.

Gubuk Karto berdekatan dengan kamar mandi dan kandang kambing milik Rukmini. Usia yang semakin bertambah membuat pendengaran Karto berkurang. “Apa Sumur? Ooo umur. Wes enek 60 yake. Karo Karyo Radimin [87] ya tuwa aku. [Sudah ada 60 tahun mungkin. Sama Karyo Radimin ya lebih tua saya],” ujar Karto saat ditanya Jumadi.

Kendati usia lanjut, Karto masih mau bekerja menanam ketela pohon. Rukmini sering diminta Karto untuk memetik daun ketela itu untuk disayur. Ia tak pernah mengeluh.

Mencuci baju pun kadang-kadang masih dicuci sendiri kalau Rukmini repot. Kebutuhan makan sehari-hari ditopang Rukmini. Para tetangga sekitar pun ikut peduli dengan menawarkan makanan ala kadarnya kepada Karto. Karto paling suka kalau dimasakan sayur terong dan tempe goreng oleh Rukmini.

Sejak tinggal di Ngelo, Karto tak pernah mendapat jatah beras untuk rakyat miskin (raskin). Apalagi bantuan langsung tunai (BLT) atau bantuan langsung masyarakat (BSM) sebagai kompensasi bahan bakar minyak (BBM). Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) yang kini menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) juga tidak mendapatkan. Kendati demikian Karto mendapat kartu saraswati menur dari Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) Sragen.

“Pokoknya bantuan dari pemerintah pusat itu tidak dapat. Hanya dari pemerintah daerah yang dapat, seperti kartu saraswati,” ujar Jumadi.

Belakangan Jumadi meminta bantuan bedah rumah ke UPTPK Sragen karena Rukmini menghibahkan sebagian pekarangannya untuk Karto seumur hidupnya. Setelah mendapat surat pernyataan dari Rukmini, Jumadi langsung menindaklanjuti ke UPTPK. Jumadi merasa senang berhasil mendapat bantuan Rp5 juta.

Bantuan itu diberikan kepada Karto lewat Ketua RT 013, Sukadi, 67, supaya dibangunkan rumah secara gotong-royong. Bantuan juga datang dari Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) Sragen untuk bedah rumah senilai Rp5 juta. Dana itu pun juga diserahkan Manager Program Lazismu Sragen Risal Putrantara kepada Karto lewat Ketua RT yang disaksikan Jumadi dan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gondang.

Sukadi akan membuatkan rumah dengan merelokasi kandang kambing. Sebanyak 10 ekor kambing milik Rukmini akan digeser ke belakang. Lokasi kandang kambing itu akan diratakan dan dibangun rumah untuk Karto. Lokasi rumah baru itu terletak 50 meter arah barat dari gubuk sederhana yang kini ditinggali Karto.

“Ia memilih dibuatkan rumah dekat dengan kamar mandi. Mulai pekan depan rumah Karto segera dibangun. Kami harus merapatkan dengan warga untuk menyiapkan perlengkapan rumah itu,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya