SOLOPOS.COM - Seorang warga melintas di samping Masjid Al Aziz di Dukuh Dawung, Desa Tlogotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Rabu (7/9/2016). Warga di dukuh itu tak mampu berkurban selama 33 tahun. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Potret kemiskinan Sragen tergambar di Dukuh Dawung, Sumberlawang.

Solopos.com, SRAGEN — Jalan beton retak-retak tak beraturan menjadi akses utama menuju Dukuh Dawung di Desa Tlogotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen. Hutan jati dan hutan rakyat nan kering menjadi pemandangan di kanan-kiri jalan desa itu. Aktivitas petani lahan tadah hujan pun mudah dijumpai. Nenek-nenek dengan susah payah membawa rumput untuk ternaknya menjadi pelengkap gambaran kehidupan di dukuh miskin di daerah pinggiran Bumi Sukowati.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dukuh Dawung terdiri atas empat rukun tetangga (RT) yang berbatasan dengan Desa Juworo, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan. Kebutuhan listrik bagi 150 kepala keluarga di dukuh itu berasal dari kabupaten tetangga karena jarak dukuh ke kota kecamatan relatif jauh dan justru lebih dekat ke Grobogan.

Mata pencaharian penduduknya hanya bertani tadah hujan. Beberapa orang terpaksa mengadu nasib menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) untuk memperbaiki ekonomi keluarga.

“Sudah dua tahun tak bisa panen padi. Penyakit potong leher menyerang tanaman padi kami. Tanaman lombok pun terserang jamur dan hasilnya tidak maksimal. Hanya jagung yang bisa diandalkan untuk mendapat tambahan hidup,” keluh Sutini, 55, saat ngobrol dengan Solopos.com dan Alexander, 45, tetangganya, Rabu (7/9) siang.

Minimnya ekonomi masyarakat di Dukuh Dawung membuat warga tak bisa berkurban pada setiap momentum Iduladha. Sejak masjid pertama berdiri di dukuh itu pada 1983 atau selama 33 tahun, tak satu pun warga Dukuh Dawung yang mampu membeli hewan kurban, baik kambing maupun sapi.

“Dulu orang salat di dukuh ini hanya pak modin dan suami saya itu. Semua masjid ini hanya langgar [musala] tak bernama di depan rumah saya. Setelah ada tanah wakaf, masjid pun didirikan dengan nama Al Aziz. Waktu mendirikan masjid hanya punya uang Rp18 juta. Untungnya banyak warga yang bergotong-royong menyumbangkan kayu dan ala kadarnya hingga masjid bisa berdiri,” kisah Sutini.

Rehab Masjid

Masjid kayu itu kemudian direhab dengan bantuan dermawan menjadi masjid berdinding tembok hingga sekarang. Jemaah pengajian di masjid itu mencapai 40 orang. Saat ibadah Salat Jumat, jemaah membengkak sampai mendekati 100 orang.

Mereka menikmati daging hanya setahun sekali ketika ada bantuan hewan kurban. “Kalau tidak ada bantuan daging kurban dari daerah lain ya warga di dukuh tidak bisa makan daging karena tidak kuat beli hewan kurban,” kata Sukiman, 60, Ketua Takmir Masjid Al Aziz Dawung.

Sukiman ingat ada bantuan seekor kambing dari Kalijambe beberapa tahun lalu. Selain itu, Sukiman juga mengenang adanya bantuan daging kurban dari Sumberlawang. Akhirnya, sejak 2014 jemaah pengajian ibu-ibu berinisiatif membuka infak sukarela setiap Minggu siang.

Uang infak itu dikumpulkan selama setahun untuk beli hewan kurban. “Biasanya saat terkumpul hanya cukup untuk beli seekor kambing. Kambing itu disembelih atas nama jemaah masjid. Jadi memang bukan kurban tetapi hanya perayaan Iduladha saja. Dagingnya pun dibagikan kepada semua warga di 4 RT itu,” imbuhnya.

Sukiman menyebut uang infak yang terkumpul selama setahun terakhir hanya Rp1,8 juta atau setara dengan harga seekor kambing berukuran sedang. Uang segitu, kata Sukiman, merupakan hasil infak kurban 40 orang anggota jemaah.

“Kalau dihitung per orang ya ada yang dapat Rp20.000-Rp30.000 per orang. Selebihnya dari bantuan semua. Atas dasar itulah, kami mengajukan bantuan ke Lazismu [Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah]. Beberapa hari lalu ada petugas Lazismu yang survei. Katanya, kami akan dapat bantuan seekor sapi untuk kurban,” katanya bahagia.

Tidak Ada Hewan Kurban

Jogoboyo Desa Tlogotirto, Mulyono, menyampaikan banyak dukuh di Tlogotirto yang masih kategori daerah minus. Dia menyampaikan Tlogotirto merupakan daerah yang terletak di sudut barat laut Kabupaten Sragen.

“Pada tahun ini, ada satu dukuh yang benar-benar tidak ada hewan kurban, yakni di Dukuh Kaliwatu dengan 50-60 kepala keluarga. Puluhan KK itu masih dalam satu lingkungan Masjid Arrahman Kali Watu,” katanya.

Direktur Lazismu Sragen, Ronny Megas, sudah menyurvei kebutuhan hewan kurban di Tlogotirto. Dia memastikan ada seekor sapi kurban untuk warga di Dukuh Dawung, Tlogotirto. Selain di sana, Ronny juga mencari daerah minus lainnya untuk dibantu hewan kurban. Dia mencatat ada lima ekor sapi dan lebih dari 50 ekor kambing yang siap didistribusikan untuk hewan kurban di daerah minus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya