SOLOPOS.COM - Warga menggunakan bangunan toilet umum di RT 001/RW 001 Gajahan, Pasar Kliwon, sebagai tempat tinggal, Kamis (15/9/2016). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Kemiskinan Solo tampaknya masih dirasakan oleh warga yang terpaksa tinggal di toilet umum.

Solopos.com, SOLO – Sejumlah toilet umum di berbagai wilayah di Kota Bengawan dimanfaatkan warga sebagai tempat tinggal.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pantauan Solopos.com, Kamis (15/9/2016), keluarga Waliman, 45, rela tinggal di toilet umum yang berada di wilayah RT 001/RW 001 Kelurahan Gajahan, Pasar Kliwon. Dia menempati dua buah ruangan yang berada satu atap dengan toilet umum tiga pintu tersebut. Jalan masuk ke ruang tempat tinggal keluarga Waliman sama saja dengan jalan menuju ke toilet umum.

Ekspedisi Mudik 2024

Waliman mengaku sudah menempati bangunan satu atap dengan toilet umum sejak 30 tahun lalu. Alasan utama dia tetep tinggal di toilet umum karena tidak mempunyai rumah yang layak. Waliman mengklaim telah mendapatkan izin dari Pemerintah Kelurahan Gajahan dan warga sekitar untuk menghuni fasilitas umum tersebut.

“Dulu saya tinggal di depan pintu toilet. Jelas tidak nyaman. Tapi mau bagaimana lagi? Saya tidak punya rumah. Kemudian saya sekalian diminta jadi pengelola toilet. Baru setelah itu saya dapat izin untuk mendirikan kamar. Meski masih di toilet, saya sekarang tidak lagi tidur di depan pintu,” kata Waliman saat ditemui Solopos.com di tempat tinggalnya, Kamis.

Waliman bersama keluarganya kini bertanggung jawab atas pengelolaan toilet umum di RT 001/RW 001 Gajahan. Dia setiap hari membersihkan toilet umum. Atas kerjanya itu, Waliman mendapatkan imbalan uang dari hasil sumbangan warga yang masuk ke toilet. Dia tidak menerima semua uang sumbangan itu karena Rp150.000 diarahkan masuk ke dana kas RT 001 setiap bulan.

“Toilet sudah lama dibangun. Namun, baru sekitar lima tahun yang lalu toilet direnovasi oleh pemerintah. Saya yang bertanggung jawab atas kebersihan toilet. Setiap ada kerusakan tembok saya juga turun tangan untuk memperbaiki. Beberapa kali saya mengeluarkan uang pribadi,” kata Waliman yang bekerja juga di sebuah percetakan. Dia menceritakan uang pemasukan dari sumbangan warga yang masuk ke toilet mencapai Rp15.000 sampai Rp60.000 per hari.

Bukan hanya di Gajahan, toilet umum yang berada di belakang Kelurahan Serengan, Serengan juga digunakan sebagai tempat tinggal oleh keluarga Mardianto, 45. Saat ditemui Solopos.com, dia mengaku sudah bertahun-tahun tinggal di bangunan toilet umum karena tidak memiliki rumah yang layak. Mardianto mengaku tidak nyaman tinggal di toilet umum.

“Siapa yang mau tinggal di sini [toilet]? Kalau tidak terpaksa, saya rasa banyak orang jelas tidak mau hidup di toilet. Setiap hari lihat orang keluar masuk untuk buang air dan mandi. Jelas risih. Tapi mau bagaimana lagi? Kami tidak punya tempat tinggal lain. Sekarang kami sudah bersyukur masih punya tempat tinggal,” tutur Mardianto.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya