SOLOPOS.COM - Muhammad Rafli Setiawan, 13, dan Mikhael Oktafians, 11, di nenek mereka rumahnya. Foto diambil Desember 2017. (Istimewa/Lurah Mangkubumen-Beni Supartono Putro)

Seorang nenek yang hidup dengan cucunya di Mangkubumen, Solo, terpaksa mengandalkan pemberian tetangga untuk bertahan hidup

Solopos.com, SOLO — Ny. Padmo Wiyono sudah tak sekuat dahulu. Dia tak mampu lagi bekerja menjadi buruh cuci pakaian di rumah-rumah orang. Maklumlah, usianya kini telah 65 tahun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Untuk berjalan saja Ny. Padmo sekarang tertatih-tatih. Kondisi itulah yang membuat dirinya kini hanya bisa berlama-lama beristirahat di rumah.

Pada Rabu (28/3/2018) siang, Ny. Padmo menderita demam dan batuk. Tapi, tak ada satu pun orang yang mengurusnya atau sekadar menemaninya di rumah. Anak-anaknya telah hidup di tempat lain.

Ekspedisi Mudik 2024

Di salah satu rumah di RT 003/RW 005 Kelurahan Mangkubumen, Banjarsari, dia kini tinggal hanya bersama dua orang cucunya yang masih kanak-kanak. Setiap pagi hingga siang, Ny. Padmo rutin tinggal sendiri di rumah karena kedua cucunya, Muhammad Rafli Setiawan, 13, dan Mikhael Oktafians, 11, harus bersekolah.

“Rafli sekarang kelas V, Mikhael kelas I. Mikhael sudah bertahun-tahun tak naik kelas. Tetap saja di kelas I,” cerita Ny. Padmo saat Solopos.com mengunjungi rumahnya, Rabu siang.

Ny. Padmo sebelumnya pernah tinggal bersama anaknya yang merupakan orang tua Rafli dan Mikhael. Namun, kedua orang tua Rafli dan Mikhael pergi setelah bercerai. Ny. Padmo tidak mengetahui secara pasti keberadaan kedua orang tua Rafli dan Mikhael. Hanya beberapa kali ibu Rafli dan Mikhael pulang ke Mangkubumen dan bercerita telah tinggal di Pati.

“Ibunya [Rafli dan Mikhael] kadang-kadang pulang. Bapaknya yang tidak pernah pulang. Nah, anak-anak ini tidak mau diajak ibunya. Lebih betah di Solo sama saya,” terang Ny. Padmo.

Karena Rafli dan Mikhael belum bisa bekerja, otomatis Ny. Padmo otomatis yang harus memenuhi kebutuhan makan dan hidup mereka. Lantaran sudah tak kuat lagi bekerja, dia bersama kedua cucunya kini hanya bisa mengandalkan bantuan dari orang lain.

Ny. Padmo merasa beruntung banyak tetangga dan kerabatnya yang masih peduli dengan kerap memberinya bantuan berupa makan dan terkadang dalam bentuk uang. Dengan begitu, dia bersama Rafli dan Mikhael tidak pernah sampai merasa kelaparan karena tak makan hingga berhari-hari.

Ny. Padmo menyebut pejabat Pemerintah Kelurahan Mangkubumen juga telah memberikan kepedulian luar biasa. Dia mengisahkan pada Desember 2017 lalu, Pemerintah Kelurahan Mangkubumen bersama para tokoh masyarakat Mangkubumen mendatangi rumahnya untuk menolong Mikhael yang tengah sakit diare parah.

Kebetulan saat itu dirinya tak sedang berada di rumah karena telah lebih dulu mengidap diare hingga harus diopname di RSUD Ngipang, Kadipiro. Pada saat itu, Lurah Mangkubumen Beni Supartono Putro bersama tokoh masyarakat Mangkubumen lain mengantar Mikhael berobat di RS Brayat Minulya.

“Pak Lurah malah sampai memberi kasur dan almari pakaian,” ujar Ny. Padmo bersyukur.

Dia kini berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bisa membantu memperbaiki rumahnya. Berdasarkan pantauan Solopos.com, rumah Ny. Padmo yang hanya berukuran 15 meter persegi itu termasuk tidak layak huni. Tembok dan atap bangunan rumah kini telah lapuk.

Konidisi rumah juga tampak kumuh karena kerap kebanjiran saat hujan lebat. Rumah Ny. Padmo juga tidak dilengkapi kamar mandi dalam sehingga untuk mandi cuci kakus (MCK), mereka harus memanfaatkan WC umum.

Bukan hanya itu, posisi rumah Ny. Padmo juga terpencil di belakang bangunan rumah orang lain sehingga sulit ditemukan. Halaman rumahnya hanya memiliki lebar sekitar 40 cm.

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Mangkubumen, Hariadi Giarso, mengaku sejak lama berkeinginan mengadopsi atau merawat cucu Ny. Padmo. Namun, hal itu tidak bisa dia lakukan hingga sekarang karena terkendala izin dari orang tua dari sang anak.

Giarso sebenarnya merasa kasihan dengan Rafli dan Mikhael yang ditinggal orang tua mereka. Namun, dia tidak bisa memaksakan kehendak untuk bisa merawat mereka sepenuhnya. Dia kini hanya bisa membantu sebisanya termasuk mencukupi biaya sekolah mereka.

“Kalau anak-anak diserahkan malah kami oke. Tapi ibunya masih eman-eman,” kata pesiunan ASN yang pernah menjadi Kepala SMPN 1 Solo tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya