SOLOPOS.COM - Dewi,10 (kiri) bocah SD kelas VI, setiap hari hidup bersama ibunya yang lumpuh, Ny Bibit,(kanan), di RT 16/RW 08 Desa Kemiri, Tulung, Klaten. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Kemiskinan Klaten masih dialami salah satu warganya yang tinggal di Tulung.

Solopos.com, KLATEN — Kemiskinan Klaten dialami Dewi Cahyaningsih, 10, bocah Dukuh/Desa Kemiri, RT 016/RW 008, Tulung. Seorang diri tanpa ayahnya, seorang diri Dewi merawat ibundanya yang lumpuh.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Rumah berukuran 3 meter x 6 meter di tengah perkampungan Dukuh/Desa Kemiri, RT 016/RW 008, Kecamatan Tulung itu terlihat sepi, Kamis (20/10/2016) siang.

Pintu dan jendela rumah dengan bagian muka bercat kuning tersebut tertutup. Hanya terlihat deretan pakaian yang dijemur di depan rumah. Sementara, tumpukan ranting kering serta ember berisi pakaian memenuhi teras rumah.

Sesaat setelah diketuk, pintu rumah pun terbuka. Terlihat seorang wanita berjilbab duduk pada tumpukan kasur serta tikar yang terhampar di bagian tengah rumah.

Wanita itu bernama Bibit Wahyuningsih. Ia tinggal berdua dengan putrinya bernama Dewi, 11. “Jenenge bocah nggih tesih clingusan [namanya anak ya masih pemalu],” kata Bibit sembari menunjukkan putrinya yang bersembunyi di balik pintu.

Selama lebih dari enam tahun silam, Ny. Bibit yang berusia 40an tahun itu tinggal bersama putri semata wayangnya di rumah tersebut. Kondisi rumah pengap. Kamar mandi menyatu dengan rumah tersebut.

Rumah itu merupakan peninggalan orangtua Ny. Bibit. Namun, sang ibu sudah meninggal dunia hingga akhirnya Ny Bibit tinggal berdua bersama Dewi.

Ny. Bibit sudah lama berpisah dengan suaminya. Ia hanya mengingat saat berpisah tersebut umur Dewi baru sekitar tiga tahun. Ny. Bibit mengaku ditinggalkan suaminya setelah kondisi fisiknya tak lagi normal. Untuk berpindah tempat, ia harus berpegangan pada dinding atau benda di sekitarnya yang lebih kuat.

Ia tak tahu pasti penyakit yang membuat kaki termasuk tangannya tak lagi normal. “Mboten ngertos niki. Kados rematik [Saya tidak tahu kenapa. Sepertinya rematik],” katanya.

Lantaran keterbatasan fisiknya, Ny. Bibit tak banyak beraktivitas terlebih untuk bekerja. Alhasil, aktivitas Ny. Bibit dirawat oleh putrinya. Sejumlah pekerjaan rumah tangga seperti mencuci dan memasak dikerjakan Dewi yang masih duduk di kelas VI SDN 2 Kemiri. Sesekali Ny. Bibit beraktivitas ikut mencuci atau sekadar menyapu bagian depan rumahnya.

Ny. Bibit mengaku memiliki dua saudara yang kini tinggal di wilayah Klaten serta Jakarta. Namun, kedua saudara itu pun tak pernah mengunjunginya sekadar membantu meringankan beban ibu dan anak tersebut.

Ny. Bibit duduk di teras rumahnya Dukuh/Desa Kemiri, Kecamatan Tulung, Kamis (20/10/2016) siang. Ny. Bibit selama ini tinggal bersama putrinya bernama Dewi, 11, di rumah tersebut. (Taufiq Sidik/JIBI/Solopos)


Ny. Bibit duduk di teras rumahnya Dukuh/Desa Kemiri, Kecamatan Tulung, Kamis (20/10/2016) siang. Ny. Bibit selama ini tinggal bersama putrinya bernama Dewi, 11, di rumah tersebut. (Taufiq Sidik/JIBI/Solopos)

Untuk mencukupi kebutuhan hidup, Ny. Bibit dan Dewi mengandalkan bantuan dari berbagai pihak termasuk para tetangga yang merasa iba. “Nembe maem gedang sing menehi bakul sayur mau esuk [baru makan pisang pemberian tukang sayur tadi pagi],” katanya.

Sementara itu, saat ditemui di rumahnya Dewi memilih mengurung di dalam rumah. Bocah tersebut selama dikenal pemalu terlebih dengan orang-orang yang tak dikenalnya.

Ketua RT 016, Supali, 58, mengatakan sebelumnya Ny. Bibit tinggal bersama suaminya di Jakarta. Namun, lantaran kondisi fisiknya tidak lagi normal mereka pun berpisah hingga Ny. Bibit dan Dewi pulang. “Fisiknya seperti itu karena terjatuh tetapi tidak langsung diperiksakan. Akhirnya jadi seperti itu,” katanya.

Supali menjelaskan selama ini pekerjaan rumah tangga dikerjakan oleh Dewi, putri Bibit yang masih berusia sekitar 11 tahun. Ia juga menjelaskan untuk mencukupi kebutuhan hidup Ny. Bibit dan Dewi mengandalkan bantuan dari tetangga.

“Ya istilahnya kasihan, ada warga yang istilahnya membantu sekadar makanan. Terkadang, kalau sudah tidak ada uang untuk mencukupi kebutuhan, Dewi datang ke tetangga,” ungkapnya.

Disinggung bantuan dari pemerintah. Supali tak menampik Ny. Bibit mendapat sejumlah bantuan. Hal itu seperti bantuan beras untuk rakyat miskin (raskin) serta bantuan pendidikan untuk Dewi melanjutkan pendidikannya.

“Saat ada BLT [bantuan langsung tunai] memang tidak dapat. Akhirnya, warga secara sukarela urunan dan diberikan ke mereka,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya