Kemiskinan Gunungkidul belum dapat diatasi seluruhnya.
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Pemerintah Desa Jatiayu, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul masih kesulitan dalam mengayomi warganya yang membutuhkan uluran tangan karena kondisi ekonomi yang memprihatinkan.Berdasarkan data yang dimiliki oleh pemerintah desa terdapat dua warganya yang hidup jauh dari kondisi layak.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Kepala Desa Jatiayu, Kecamatan Karangmojo, Giyono mengatakan pihaknya cukup prihatin dengan kondisi warga desanya. Salah seorang warga yang tak luput dari perhatian desa yakni Ngadiyem (85) warga Dusun Candi Enam RT 02 RW 06 , Desa jatiayu, Karangmojo, Gunungkidul. Giyono mengisahkan Ngadiyem saat ini hidup sebatang kara tanpa sanak saudara yang memerhatikannya.
Tidur dalam satu atap dengan kambing dan ayam di sebuah kandang milik warga. Selama ini ia menggantungkan hidup dari keikhlasan sepasang suami istri yang tak lain ialah tetangga rumah Ngadiyem yakni Timbul Karsino dan Sri Purwanti.
“Selama ini tidur di kandang, kejiwaannya juga sudah terganggu,” kata dia, Kamis (28/7/2016).
Sebagai kepala desa, Giyono mengaku tak dapat berbuat banyak untuk menyelamatkan Ngadiyem dari hidup yang kurang layak tersebut. Bantuan yang disalurkan oleh pemerintah pun tak serta merta dapat dimanfaatkan oleh Ngadiyem, seperti bantuan rastra.
Ia tak bisa begitu saja menyalurkan bantuan yang terikat seperti rastra, dikarenakan penerimanya sudah tercatat, sedangkan nama Ngadiyem tak tertera dalam data penerima bantuan.
Anggaran desa pun tak dapat ia gunakan sembarangan untuk membiayai hidup warga miskin di desanya tersebut. Selain Ngadiyem, dua warga lainnya yakni Nikem Marto Sariman (90) dan anaknya, Pami (56) yang tinggal di Dusun Sawahan 13, Jatiayu.
Kondisi Nikem mengalami penyakit jantung, sedang Pami mengalami gangguan kejiwaan, sedang harus hidup tanpa penghasilan hanya menunggu bantuan dari tetangga sekitar rumahnya.
“Kami terus berupaya mencari bantuan mulai dari LSM hingga Dinas Sosial demi mendapatkan uluran tangan, namun hasilnya nihil,” kata dia.
Keluarga Lepas Tangan
Sri Purwanti, dermawan yang mengurus hidup Ngadiyem bersama suaminya Timbul Karsono selama kurang lebih dua tahun merasa tak keberatan.
Namun ia menyayangkan sanak saudaranya yang justru terkesan lepas tangan untuk merawat Ngadiyem yang renta. Ia dan suaminya selama ini bekerja sebagai pembuat tempe dengan penghasilan yang tak seberapa. Ditambah dengan kondisi anak bungsunya, yang menderita keterbelakangan mental dan lumpuh kaki.
“Ya seadanya saja kami merawat mbah Ngadiyem, dari makan sampai buang kotoran,” kata Sri Purwanti.
Kondisi Ngadiyem yang renta dan kejiwaan yang tak baik membuat Sri Purwanti mengikhlaskan hati untuk merawat Ngadiyem yang sebatang kara.
Bahkan sebelumnya, Ngadiyem pernah berjalan kaki hingga hilang di perbatasan Wonogiri. Selain itu sebuah kecelakaan ringan pernah dialaminya sehingga membuat Nagdiyem lumpuh hingga saat ini. Ia berharap ada dermawan lain yang berkecukupan dapat memberi pertolongan untuk Ngadiyem, setidaknya ditempatkan di ruangan dan mendapat perawatan yang layak.