SOLOPOS.COM - Pembagian beras untuk rakyat miskin (raskin) merupakan salah satu upaya menanggulangi kemiskinan. (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, BOYOLALI – Empat kecamatan menjadi prioritas Pemkab Boyolali dalam hal penanggulangan masalah kemiskinan. Keempat kecamatan itu meliputi Selo, Juwangi, Kemusu, dan Wonosegoro.

“Kemiskinan merupakan kondisi seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat,” kata Kabid Pemerintahan dan Sosbud Bappeda Boyolali, Agnes Sri Sukartiningsih, saat dijumpai setelah mengikuti upacara peringatan hari Sumpah Pemuda di kompleks kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali terpadu, Selasa (28/10/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut dia, Bappeda  mencatat angka kemiskinan di wilayah Boyolali sejumlah 81.566 rumah tangga.“Rumah tangga miskin dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3. Kelompok 1 terdiri dari 28.616 rumah tangga. Kelompok 2 dihuni oleh 26.475 rumah tangga. Sedangkan kelompok 3 terdapat 26.475 rumah tangga,” kata Agnes.

Agnes menjelaskan kelompok 1 merupakan rumah tangga dengan status kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia atau bisa dikatakan sangat miskin. Sedangkan kelompok 2 terdiri dari rumah tangga dengan status kesejahteraan antara 11% sampai 20% terendah di Indonesia atau kelompok miskin. Terakhir, kategori 3 yakni tingkat kesejahteraan antara 21% sampai 30% terendah di Indonesia atau rentan kemiskinan.

Stategi Bappeda dalam penanganan kemiskinan, lanjut Agnes, melalui program yang dibagi menjadi empat klaster. Klaster 1 melalui program bantuan dan jaminan sosial, klaster 2 melalui program pemberdayaan masyarakat, klaster 3 tentang pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, sedangkan klaster 4 tentang program-program pro rakyat.

Sementara itu, Kaur Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Desa Wonosegoro, Kecamatan Wonosegoro, Sukir, mengatakan keterbatasan infrastruktur menjadi penyebab masyarakat sulit mengambangkan potensi alam di wilayah Wonosegoro.

“Sebagaian besar masyarakat Wonosegoro bertani. Kalau tidak hujan, kami kekeringan kerena tidak mempunyai sarana prasarana pendukung pengembangan pertanian itu,” kata Sukir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya