SOLOPOS.COM - Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementan Mohammad Takdir Mulyadi (tiga dari kiri) mengunjungi lokasi pengeringan padi berkapasitas 10 ton di Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Selasa (22/11/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu )

Solopos.com, SRAGEN — Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan ketersediaan pangan, khususnya beras cukup Indonesia, utamanya di Soloraya. Guna mempertahankan stok beras, Kementan mendorong petani menjalankan program penyehatan tanah.

Kementan didampingi Balai Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (BPTPHP) Provinsi Jawa Tengah terjun menemui petani di wilayah Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, dan Ngawi untuk memastikan stok pangan aman. Kementan juga membuat program penyehatan tanah pertanian untuk mengurangi kemasaman tanah lantara PH tanahnya kurang dari 6%, bahkan di beberapa daerah di Sragen di bawah 5%.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Program penyehatan tanah yang digulirkan di 2023 itu dilakukan Kementan dengan memberi bantuan mikroba-mikroba pengurai tanah. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementan Mohammad Takdir Mulyadi bersama BPTPHP Jateng terjun ke penggilingan padi di Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, lahan panen di Waru, Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar, ke penggilingan padi dan diskusi dengan petani di Kecamatan Masaran dan Sambungmacan Sragen, serta ke Kecamatan Nggeneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

“Kami berada di Sragen ini untuk memastikan sesuai arahan Mentan, bahwa ketersediaan pangan Indonesia harus cukup dan jangan sampai bermasalahan. Kami diminta selalu terjun ke lapangan, memberi semangat kepada petani dan stakeholders terkait dalam upaya-upaya penyiapan pangan nasional,” ujar Mohammad saat ditemui Solopos.com di sela-sela kunjungan di Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Selasa (22/11/2022) siang.

Baca Juga: Heboh! Pisang Bertandan 3 Tumbuh di Dekat Sendang Kuna Klego Boyolali

Mohammad mengatakan Indonesia sudah tiga tahun berturut-turut swasembada pangan, khususnya beras, dan sudah mendapatkan pengakuan dari Food and Agriculture Organization of The United Nation (FAO) dan International Rice Research Institute atau Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) yang sudah diakui kredibilitasnya.

“Kami melihat fluktuasi ketersediaan beras di musim tanam, baik musim tanam pertama, kedua, dan ketiga yang secara akumulasi cukup beras sehingga opsi-opsi lainnya tidak perlu. Kami melihat memang ada kondisi-kondisi yang berpotensi mengurangi produksi padi. Kami bersama BPTPHP dan POPT survei ke lapangan terkait dengan kesehatan tanah petani,” ujarnya.

Dia menyatakan secara keseluruhan di wilayah Sragen indikator kemasaman tanahnya rendah dengan PH di bawah 6%, bahkan di beberapa daerah di Sragen ada yang di bawah 5%. Dia mengungkapkan kemasaman tanah ini memang berdampak pada produksi padi yang tidak maksimal.

Baca Juga: Polemik Impor Beras, Data Bulog dan Kementan Berbeda, Ini Kata Pengamat

Oleh karenanya, dia mengupayakan penyehatan tanah melalui bahan-bahan yang ramah lingkungan dan mengurangi penggunakan pupuk kimia yang sekarang harganya relatif mahal. Bahan-bahan ramah lingkungan itu diperoleh dari alam.

Mohammad menyebut jerami dapat menjadi pengganti pupuk kimia. Caranya, jerami ditimbun lagi ke tanah dengan ditambah mikroba-mikroba tertentu supaya bisa mendekomposisi dengan cepat menjadi unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

“Tentunya climate change dengan segala konsekuensinya harus diantisipasi. Petani harus bersemangat menanam sehingga kebutuhan pangan 276,4 juta penduduk Indonesia aman. Kami sempat dialog dengan petani. Mereka mengeluh produksi turun karena masifnya penggunaan pupuk kimia. Kondisi tanahnya perlu diperbaiki dengan pembuatan pupuk hayati dan membuat senyawa humat untuk dimasukan ke tanah,” ujarnya.

Baca Juga: Ribuan Hektare Sawah di Sukoharjo Sempat Terendam Banjir, Petani Merugi

Gabungan Kelompok Tani Barokah Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, menjadi salah satu kelompok yang dikunjungi tim Kementan. Pengelola Gapoktan Barokah, Agung Wahyudi, mengatakan gapoktan Barokah mendapatkan bantuan mesin pengering berkapasitas 10 ton dari pemerintah pusat pada 2018 dan sampai sekarang masih berfungsi dengan baik.

“Setiap harinya, kami bisa mengeringkan gabah sampai 12-15 ton per hari. Semua gabah dari petani dan dijual dalam bentuk beras untuk kesejahteraan petani,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya