SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO–Kementan meminta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk tidak menerbitkan surat keterangan kesehatan produk hewan khusus untuk daging anjing jika untuk dikonsumsi. Dalam edaran yang diterbitkan akhir September 2018 itu, pemerintah daerah juga diminta membuat surat imbauan tertulis untuk tidak melakukan peredaran atau perdagangan daging anjing secara komersial. Dua pekan setelah SE itu beredar, aktivitas perdagangan daging anjing di Kota Solo masih berjalan seperti biasa. Tak ada sosialisasi maupun imbauan pelarangan dari Dinas Peternakan, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (DPKPP) Solo.

Salah seorang penjual kuliner berbahan daging anjing di kawasan Palang Joglo, Kecamatan Banjarsari, Kampli, mengaku warungnya menghabiskan empat sampai enam ekor per hari. Jumlah itu tergantung cuaca lantaran konsumennya mayoritas pelanggan tetap. Pria 54 tahun itu menyebut pasokan anjing hidup berasal dari wilayah Jawa Barat, utamanya Tasikmalaya. Ia kulak sekali sepekan dan menyembelih setiap hari. Pekerjaan yang sudah dilakoninya selama 35 tahun itu menghidupi keluarganya turun temurun. Ia adalah generasi kedua. “Saya sembelih sendiri. Kalau yang ambil dari penjagalan, kemungkinan warungnya kecil,” kata Kampli saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (14/11/2018).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Warga Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo, itu memastikan anjing yang dibelinya bebas dari perlakuan buruk saat pengambilan maupun distribusi. Dia selalu memeriksa kondisi fisik, seperti tampilan bulunya. “Saya tidak menyiksa. Saat menyembelih, saya mengikat mulut dan kakinya. Tidak digebuki atau dibakar hidup-hidup seperti rumor yang beredar. Pengolahannya diupayakan sebersih mungkin. Sesudah disembelih memang dibakar untuk menghilangkan bulunya, sesudah itu direbus setengah matang, ditiriskan, dicuci, baru dimasak lagi. Prosesnya berulang dan benar-benar matang,” ucap Kampli.

Ihwal bahaya penyakit zoonosis, Kampli yakin anjing yang dibelinya dalam kondisi sehat. Ciri anjing berpenyakit tampak secara visual, seperti menyendiri, lebih suka di tempat teduh dan sebagainya. “Selama puluhan tahun dari ayah saya, enggak ada konsumen yang mengeluh sakit akibat makan daging di tempat saya,” tutur Kampli.

Senada dengan Kampli, penjual makanan berbahan daging anjing di daerah Sekarpace, Kecamatan Jebres, Joni, 35, mengaku pelanggannya tak ada yang komplain atau mengeluh terkena penyakit. Perlakuannya terhadap anjing sebelum disembelih juga tak menggunakan kekerasan. “Masak ya masak biasa, tongseng, rica-rica, dan sebagainya. Kalau yang pakai disiram darah itu sepertinya masakan adat. Saya sendiri tidak menyediakan,” ucap Joni.

Di sisi lain, Koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI) dan Dog Lovers Kota Solo meminta pemerintah tak hanya mengawasi melainkan tegas melarang perdagangan daging anjing. Penggerak DMFI Solo, Go Mustika, mengatakan pelarangan memungkinkan aktivitas tersebut ilegal sehingga pelakunya bisa terjerat hukum. Selain itu, juga bisa menghindarkan masyarakat dari bahaya kesehatan setelah mengonsumsi olahan daging anjing. “Kami juga concern pada kekerasan yang dilakukan banyak rantai sebelum daging anjing itu sampai ke tangan konsumen. Bagaimana dia ditangkap, dikarungi, distribusi dari daerah asal ke tujuan menggunakan truk terbuka yang panas. Belum lagi perlakuan sebelum disembelih, ada yang harus menunggu berhari-hari dibiarkan kelaparan. Ini melanggar animal welfare [kesejahteraan hewan],” kata Go Mustika.

Ci Meme, sapaan akrabnya, mengaku melakukan survei ke sejumlah warung penjual olahan daging anjing, pengepul, dan tempat penjagalan di Soloraya. Dari seratusan warung, sekitar 65 di antaranya terbuka menyampaikan informasi. “Ada yang tertutup, bahkan sudah defense [menutup diri] sebelum kami tanyai. Saya sendiri sedang mengawasi sejumlah lokasi penjagalan yang menurut banyak saksi kerap melakukan tindak kekerasan terhadap anjing-anjing itu,” ujar Ci Meme.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya