SOLOPOS.COM - Ilustrasi masker dari bahan scuba. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Achmad Yurianto, menegaskan scuba dan buff bukan masker. Kedua penutup hidung yang biasa dipakai ini sebenarnya tidak termasuk masker.

"Masker ya masker, titik. Kenapa melari-larikan ke scuba segala macam. Kan disuruhnya pakai apa? Masker. Scuba itu masker bukan? Hla bukan. Emang scuba itu masker?" tanya Achmad Yurianto seperti dilansir Detik.com, Rabu (16/9/2020).

Promosi Klaster Anyamandiri Binaan BRI Olah Eceng Gondok Jadi Anyaman Bernilai Tinggi

Yuri menegaskan masker bukan sekadar penutup hidung. "Masker bukan penutup hidung. Kalau nutup hidung pakai kertas bisa kan. Tapi yan diminta apa? Masker," tegasnya.

Jadi Tontonan, Wanita Cantik Asal Karanganyar Bersihkan Kali Pepe Solo Akibat Terjaring Razia Masker

Dia menegaskan scuba dan buff bukanlah masker. Adapun cara yang disarankan untuk melindungi diri dari percikan droplet adalah memakai masker kain 2-3 lapis.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengimbau masyarakat yang sehat disarankan memakai masker kain. Sementara masker bedah sebaiknya dipakai oleh orang yang sakit.

"Masker kain yang bagus adalah yang berbahan cotton dan berlapis 3 karena kemampuan memfiltrasi partikel virus akan lebih baik dengan jumlah lapisan lebih banyak," terangnya.

Viral Jalur Gowes Gadis Desa, Pesepeda Bisa Foto dengan Wanita Berkemben di Tepi Sungai

Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan Duke University menyebutkan buff dan scuba yang sering dipakai pengendara sepeda motor hasilnya lebih buruk dari masker kain biasa. Sebab, kedua jenis penutup hidung itu hanya memberikan sedikit perlindungan.

Sebelumnya PT KAI Commuter Indonesia (KCI) menyosialisasikan pengguna KRL menghindari pemakaian masker buff dan scuba. Melalui akun media sosial mereka menjelaskan kedua jenis masker itu tingkat efektivitasnya hanya 5% dalam mencegah risiko terpapar debu, virus, dan bakteri.

Masker scuba dan buff sebagiknya tidak dipakai di dalam KRL lantaran udaranya lebih dingin. Suhu rendah bisa membuat droplet menjadi airbone dan bertahan di udara dalam waktu lebih lama, sehingga penularan Covid-19 menjadi lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya