SOLOPOS.COM - Ilustrasi belajar dengan mode online (Dok/Solopos)

Solopos.com, JAKARTA — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan meluncurkan rintisan sekolah menengah terbuka di lima wilayah Indonesia yang masyarakatnya memiliki angka partisipasi kasar (APK) rendah. Sekolah menengah terbuka itu diharapkan membuka kesempatan bagi warga yang berhak belajar melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah atas.

“Lima wilayah yang dijadikan program rintisan sekolah menengah terbuka untuk jenjang SMA, yaitu SMAN 1 Gambut Banjarmasin Kalimantan Selatan, SMAN 1 Kepanjen Jawa Timur, SMAN 1 Narmada Lombok Barat Nusa Tenggara Barat, SMAN 2 Padalarang Jawa Barat, dan SMAN 12 Merangin Jambi,” kata Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud Achmad Jazidie di Jakarta, Senin (17/3/2014). Alasan pemilihan lima wilayah rintisan penyelenggaran rintisan sekolah menengah terbuka, selain karena alasan APK rendah, juga kesiapan daerah tersebut untuk mengimplementasi penggunaan teknologi informasi dalam pembelajarannya.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Dikatakannya angka partisipasi kasar jenjang sekolah menengah pertama (APK SMP) pada tahun 2012 adalah 98,2%. Angka ini menunjukkan adanya keberhasilan program Wajib Belajar Sembilan Tahun (Wajar) pada tahun tersebut. Dari jumlah tersebut, baru terdapat sebesar 76,01% APK tingkat pendidikan menengah (APK dikmen). “Artinya, ada selisih 20 persen APK SMP dengan SMA, atau masih ada sebesar 1,2 juta siswa SMP yang tidak melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas (SMA),” ungkap Jazidie.

Rintisan sekolah menengah terbuka akan dimulai pada tahun ajaran baru 2014/2015 dan masing-masing wilayah yang dipilih sebagai rintisan akan menerima maksimal 200 siswa dengan prioritas calon siswa tidak mampu. “Namun, kami memberikan batasan siswa yang bisa diterima di sekolah menengah terbuka adalah selain siswa SMP lulusan tahun 2014 ini juga lulusan SMP tahun 2013 agar tidak terjadi kesenjangan terlalu jauh dalam menerima pembelajaran,” katanya.

Ia mengatakan bahwa siswa yang lulus seleksi akan memeroleh beasiswa dari Kemdikbud masing-masing sebesar Rp1.240.000 per siswa yang nanti digunakan, antara lain untuk memberi pulsa selain menerima bantuan telepon android tipe tertentu yang digunakan untuk proses belajar mandiri. “Tahun ini masing-masing sekolah rintisan akan menerima bantuan antara Rp650 juta hingga Rp1 miliar untuk beasiswa. Besarnya bantuan antara satu sekolah dengan sekolah lain akan berbeda tergantung kondisi dan kebutuhan,” katanya.

Jazidie lebih lanjut mengatakan bahwa prinsip dasar sekolah terbuka dalam proses belajar mengajar menggabungkan metode belajar mandiri berbasis IT dan tatap muka. “Ketika siswa belajar mandiri, masing-masing siswa akan dibekali telepon seluler dengan sistem operasi android karena seluruh materi pembelajaran sudah tersimpan di dalamnya,” kata Jazidie didampingi sejumlah direktur di lingkungan Ditjen Pendidikan Menengah, di antaranya Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Dikmen A. Budi Pribadi dan Direktur Pembinaan SMA Harris Iskandar.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa ada tiga moda pembelajaran, yakni dominan online, siswa akan mendapat 80% kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan online, dan 20% dengan bimbingan tatap muka. Kedua, mode balance online dan tatap muka. Sebesar 50% dari kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan bimbingan online, dan 50% dengan bimbingan tatap muka. Ketiga, mode dominan tatap muka. Dengan mode ini, para siswa akan melakukan bimbingan online sebanyak 20% KBM dan 80% dengan bimbingan tatap muka.

“Pemilihan mode layananan bantuan belajar akan bergantung pada karakteristik dan infrastruktur yang memungkinkan di masing-masing sekolah,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya