SOLOPOS.COM - google img

google img

MOSCOW–Kemenangan Vladimir Putin menguasai kembali Kremlin, disambut aksi unjuk rasa penentangnya. Sementara pengawas pemilu internasional menyebut pemilu presiden Rusia berlangsung tidak adil dan condong mendukung Putin, Senin (5/3/2012).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut pengamat, Putin yang berdasarkan hasil penghitungan resmi meraup 63,68 persen suara, mendapat keuntungan lebih dibanding para pesaingnya. Selain propaganda di, Putin bisa menggunakan sumber daya negara di semua tingkatan regional guna mendukung upayanya kembali meraih jabatan presiden untuk kali ketiga.

“Tidak ada persaingan nyata dan penyalahgunaan sumber daya pemerintah memastikan siapa pemenang utama pemilu tidak pernah diragukan,” kata Tonino Picula, salah satu pengawas dari Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE), dalam sebuah laporan.

“Titik tekan pemilu adalah hasilnya seharusnya tidak pasti. Ini tidak terjadi di Rusia. Menurut penilaian kami, pemilu ini tidak adil,” lanjutnya kepada wartawan.

Para pengamat yang merupakan tim gabungan dari OSCE dan Dewan Majelis Parlemen Eropa, juga meminta adanya penyelidikan terhadap sejumlah dugaan pelanggaran pemilu pada Minggu (4/3) tersebut. Mereka menemukan adanya penyelewengan penghitungan suara di hampir sepertiga tempat pemungutan suara (TPS).

Sementara, demonstran siap turun ke jalan kemarin malam, dan menyebut Putin “menantang perang” dengan adanya berbagai pelanggaran dan kecurangan selama pemungutan suara. “Dia memaksakan berbagai hal untuk melanggar aturan. Ia menyatakan perang terhadap kami,” kata wartawan Sergei Parkhomenko, salah satu penyelenggara protes.

Banyak kalangan dari kota besar, terutama Moskow dan St Petersburg, menyebut Putin sebagai penghalang perubahan sekaligus penjaga sistem politik korup yang menguntungkan teman-teman dan sekutunya. “Tidak ada yang berubah,” kata pemimpin protes Alexei Navalny.

Dengan Putin, 59, meraih kemenangan mutlak, para pesaingnya, Zyuganov hanya meraih 17 persen dan menempati posisi kedua. Sedangkan tokoh liberal miliarder Mikhail Prokhorov, kurang dari tujuh persen, tokoh nasionalis Zhirinovsky Vladimir enam persen, dan mantan anggota parlemen Sergei Mironov kurang dari empat persen.

“Tidak ada pelanggaran serius,” kata Kepala Komisi Pemilihan (KPU) pusat Vladimir Churov, kepada wartawan, menolak tuduhan penyimpangan pemilu. Sebelumnya, Golos, sebuah kelompok pemantau independen, mengatakan telah mendaftar sedikitnya 3.100 laporan pelanggaran nasional.

Saat merayakan kemenangannya, Minggu, kepada puluhan ribu pendukungnya dekat di Kremlin, Putin mengatakan kemenangannya telah menyelamatkan Rusia dari upaya musuh yang mencoba merebut kekuasaan. Sosok mantan mata-mata KGB tersebut bahkan sempat meneteskan air mata.

Meskipun selama empat tahun terakhir menempati posisi di bawah Dmitry Medvedev, publik sering merasa dirinya tak pernah meninggalkan kursi kepresidenan. Sebagai perdana menteri, Putin tetap tokoh dominan dalam politik Rusia dan lebih banyak menyetir kebijakan negara dibanding Medvedev.

Kini, dengan kemenangan mutlaknya, Putin berhasil menghindari putaran kedua pemilu dan siap kembali ke Kremlin.

(Niken Ari Purwanti/Reuters/JIBI/SOLOPOS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya