SOLOPOS.COM - Kemeja batik prototupe bermotif Sanggit. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Tim dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo terdiri dari dosen dan mahasiswa melakukan kegiatan pengabdian di sentra kerajinan batik di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.

Kegiatan dari tim UNS tersebut dipimpin Kepala Program Studi S2 Pendidikan Seni FKIP UNS Prof. Dr. Mulyanto. Tim beranggotakan dosen Program Studi S1 Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS Lili Hartono dan Figur Rahman, serta mahasiswa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tak hanya itu tim UNS di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) yang mana lembaga tersebut diketuai Prof. Okidini juga menyertakan bidang pemasaran. Yakni dosen dari Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi yang saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan II FKIP UNS Dewi KusumaWardani.

Dalam melakukan kegiatan pengabdian tim melakukan pelatihan pengembangan motif batik sanggit berpola kemeja. Tim dari UNS bekerjasama dengan usaha batik di desa Pilang, yaitu Rumah Batik Dewi Brotojoyo milik Krisni.

Menurut tim pengabdi ini, kendati pandemi Covid-19 usaha produksi batik di sentra kerajinan batik di Desa Pilang terus berjalan. Bahkan para pelaku usaha memiliki semangat untuk terus berinovasi dan berproduksi.

“Oleh karena itu kami dari UNS berupaya mendorong agar Usaha Kecil Menengah (UKM)batik tetap menghasilkan produk bermutu,” jelas ketua tim.

Tingkatkan Serapan Hasil Tani Lokal, Wong Solo Group Gandeng Start Up TaniHub

Perajin Batik Sragen. (Istimewa)

Nilai Lebih

Selain itu tim dari UNS juga berupaya membantu pelaku usaha batik dalam menghadapi masalah produknya. Menurut temuan tim, masalah tersebut adalah penciptaan produk batik dengan desain motif yang menarik serta sanggit. Hal ini agar dapat memberikan nilai lebih produk batik tersebut.

“Motif sanggit itu motif yang dirancang agar saat menjadi baju, motif tersebut dapat terlihat tersambung sempurna antar bagian. Pembuatan motif semacam itu membutuhkan perhitungan cukup rumit dan matangsejak pembuatan sketsa motif di atas kain yang dijadikan bahan kemeja,” kata Prof. Mul.

Kegiatan pengembangan motif batik, lanjutnya, selain merupakan kegiatan artistik-eksporatif juga berisi rangkaian pelatihan terhadap para perajin. Pelatihan meliputi pengembangan motif kombinasi dengan menggunakan software gambar digital. Juga perhitungan agar dapat menjadi motif yang sanggit.

Termasuk juga eksperimen kombinasi perwarnaan batik dengan menggunakan pewarna sintetis maupun pewarna alami. Para pelaku usaha juga mendapatkan pelatihan optimalisasi penggunakan aplikasi online marketing dengan membuat akun aplikasi online dan mempelajari strategi pengelolaannya agar dapat tetap menjangkau konsumen secara lebih luas, efektif dan efisien.

Oleh karena itu, tambah Lili Hartono, keterlibatan aktif dari mitra yang bekerjasama merupakan kunci keberhasilan dari kegiatan pengembangan.

“Kami berupaya agar terjadi partisipasi aktif dan saling menyumbang gagasan dari tim pengabdi dan perajin. Karena hal itu menentukan tercapainya hasil akhir yang diharapkan bersama dalam kegiatan ini,”ujarnya.

Lima Tahun, Pemkab Sragen Borong 92 Penghargaan

Perajin Batik Sragen. (Istimewa)

Butuh Pelatihan

Pengabdian dari tim UNS tersebut mendapat sambutan baik dari pemilik usaha. Menurut Krisni, kegiatan pelatihan dari tim perguruan tinggi merupakan kesempatan yang baik untuk berinovasi agar produk batik yang dihasilkan tidak monoton.

Tidak monoton baik dari aspek motif dan kombinasi warna. Selain itu, tambahnya, perajin juga butuh upaya untuk meningkatkan pemasaran produk batik yang dihasilkannya.

“Kami merasa terbantu dengan diadakannya program pengabdian dari UNS ini. Sebagai perajin, kami memang membutuhkan pelatihan agar dapat menambah variasi motif batik terutama motif yang dapat dijadikan motif unggulan,” ungkap Krisni.

Wisata Air di Klaten Buka Lagi, Pengunjung Ingin Sejenak Lupakan Pandemi

Hasil dari kegiatan pengabdian yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Dikti Kemendikbud tahun 2020 tersebut menghasilan 11 motif batik berpola. Juga 100-an potong batik berpola kemeja lengan panjang, serta 50-an kemeja prototype berukuran M, L, XL, yang bermotif sanggit.

Tampak motif sanggit yang dihasilkan benar-benar menyambung saat dibuat baju. Baik motif di bagian depan, bagian belakang, bahkan bagian samping atau di bawah lengan.

“Diharapkan hasil pengembangan tersebut dapat menjadi pilihan konsumen masa kini yang menggemari busana batik dengan motif yang menarik secara estetik dan warna yang variatif,” kata Prof. Mul.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya