SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Makna goresan malam (lilin batik) mulai pudar didera zaman. Sekelompok orang pecinta batik yang tergabung dalam Paguyuban Pecinta Batik Sekar Jagad bahu membahu mengembalikan keaslian dan maknanya.

Paguyuban Pecinta Batik Sekar Jagad atau sering disebut Sekar Jagad didirikan pada 17 Mei 1999 di Jogja atas dasar kepedulian dan keprihatinan demi untuk mencapai suatu misi yaitu meningkatkan, melestarikan dan mengembangkan batik sebagai warisan budaya bangsa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dengan misi itu, paguyuban ini mempersatukan anggotanya yang berasal dari berbagai kalangan mulai dari kolektor, perancang, pengusaha dan ahli batik. “Kami [Sekar Jagad] lahir untuk melindungi keberadaan batik asli agar tetap lestari,” ungkap Larasati Suliantoro Sulaiman, Ketua Umum Paguyuban pecinta batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad pekan lalu.

Larasati menjelaskan mereka bergabung untuk mengentaskan keresahan dari sisi negatif perubahan kebudayaan dan kemajuan teknologi yang menyebabkan salah kaprah terhadap penilaian masyarakat terhadap batik.

Hal tersebut ditandai dengan maraknya peredaran batik-batik printing, yang kian menggeser keberadaan batik tulis dan cap berasal dari budaya Indonesia. Perbandingan harga batik printing olahan mesin yang lebih murah dari batik tulis pada corak yang sama, ditafsirkan akan mengikis keberadaan batik tulis yang memang asli dibikin melalui proses alami membatik.

“Selain mematikan keberadaan batik asli, kondisi tersebut membuat masyarakat awam semakin buta akan keberadaan batik asli,” ujar Larasati. Kecemasan atas realita inilah yang membuat Sekar Jagad terpanggil untuk melakukan aksi agar batik tetap eksis dan dikembangkan sesuai dengan selera zaman.

“Kami prihatin atas produksi batik printing yang tidak melihat estetika batik,” kata  Larasati dengan nada kecewa.
Larasati yang mewakili suara Sekar Jagat memandang jika batik merupakan salah satu benda seni kerajinan bangsa Indonesia yang patut dibanggakan, yang harus dilestarikan, dan dikembangkan secara terus menerus. Memang untuk menjadi penyelamat di tengah derasnya arus perlawanan tidaklah mudah. Sekar Jagad menggandeng seluruh elemen masyarakat secara luas.

Saat ini sebanyak 500 orang tercatat sebagai anggota aktif  Paguyuban Sekar Jagad, yang tersebar tidak hanya di Jogja, tetapi hingga di seluruh Indonesia, seperti di Surabaya, Malang, Tulung Agung, pacitan, Solo, Semarang, Tuban, Pekalongan, Banyumas, Kebumen, Cirebon, Jakarta, dan hampir di semua sentra batik di Indonesia, bahkan hingga di luar negeri. Dukungan yang datang tidak hanya dari lingkup anggota, tapi juga Raja Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas.

Larasati juga menjelaskan Sekar Jagad juga mengapresiasi dan merasa bangga atas pengakuan UNESCO bahwa batik adalah Pusaka Dunia. Saat ini Sekar Jagad didukung sejumlah pejabat, lembaga riset dan pecinta batik di Jogja tetap menyebarkan kecintaan batik ke masyarakat lebih luas.(Wartawan Harian Jogja/Garth Antaqona)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya