SOLOPOS.COM - SALURAN AIR DARURAT -- Dua warga mengikat pipa saluran air untuk pertanian di atas sungai Pabelan desa Blongkeng, Ngluwar, Magelang, Jateng, Senin (26/9/2011). Hampir setahun puluhan hektar lahan pertanian di kawasan itu kekurangan air akibat irigasi saluran air hancur diterjang banjir lahar hujan Merapi, sehingga warga setempat bergotong royong membangun saluran air menggunakan pipa pralon sepanjang 160 meter untuk mengairi lahan pertanian agar perekonomian bisa bangkit kembali. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Magelang (Solopos.com) – Masyarakat desa terakhir sebelum puncak Gunung Merapi di Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, umumnya tak mengalami kesulitan air saat kemarau karena mereka selama ini merawat sumber air di berbagai sungai kecil di kawasan itu.

SALURAN AIR DARURAT -- Dua warga mengikat pipa saluran air untuk pertanian di atas sungai Pabelan desa Blongkeng, Ngluwar, Magelang, Jateng, Senin (26/9/2011). Hampir setahun puluhan hektar lahan pertanian di kawasan itu kekurangan air akibat irigasi saluran air hancur diterjang banjir lahar hujan Merapi, sehingga warga setempat bergotong royong membangun saluran air menggunakan pipa pralon sepanjang 160 meter untuk mengairi lahan pertanian agar perekonomian bisa bangkit kembali. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kebutuhan air untuk rumah tangga dan pertanian tidak masalah selama kemarau ini. Pasokan dari sumber-sumber air tetap lancar, kami merawat secara rutin,” kata Longgar, seorang tokoh warga Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Kamis (29/9/2011). Masyarakat setempat berjumlah 67 kepala keluarga atau sekitar 250 jiwa itu terletak di dusun terakhir, sekitar tujuh kilometer sebelum puncak barat daya Gunung Merapi, di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Warga, menurut dia, selama ini memanfaatkan dua sumber air yakni Tuk Jagang dan Tuk Keji, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun pertanian. Kebutuhan air untuk pertanian di dusun setempat juga dipasok dari Kali Lamat. Ia mengatakan, pascaerupsi Merapi akhir 2010, air dari sumber itu dialirkan dengan menggunakan paralon ke penampungan di dusun untuk selanjutkan dialirkan dengan paralon juga ke rumah-rumah warga.

Sumber air Jagang dan Keji itu di dekat alur sungai berskala kecil yakni Kali Jagang dan Keji, sedangkan kawasan di bagian lebih tinggi dari sumber itu berupa lokasi yang hingga saat ini cukup banyak tanaman bambu. Di daerah itu juga masih ada beberapa alur sungai kecil seperti Kali Gemer, Tuksongo, dan Kepon yang aliran airnya berhulu di perladangan setempat yang letakknya lebih tinggi.

Ia menuturkan, debit air dari Kali Lamat termasuk besar tetapi tetap belum mencukupi untuk kebutuhan pertanian, sehingga warga juga menggunakan air dari sungai-sungai kecil tersebut untuk menggarap tanaman sayuran di pertanian setempat. Sedikitnya dua kali setahun, setiap menjelang kemarau dan hujan, katanya, warga bergotong-royong merawat saluran irigasi tradisional untuk pertanian mereka yang biasa disebut sebagai wangan. Wangan tetap dijaga dan dirawat, sedikitnya satu tahun dua kali, saat akan kemarau dan penghujan,” paparnya.

Kepala Desa Ngargomulyo, Yatin mengatakan, sebagian besar masyarakat setempat memanfaatkan mata air di berbagai sungai kecil, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun pertanian. Masyarakat setempat yang sebagian besar petani itu mengelola lahan mereka untuk pengembangan tanaman hortikultura. Mereka, selama musim kemarau 2011 juga masih tetap mendapatkan pasokan air dari Kali Lamat dan Kali Blongkeng Kecil. “Tak ada masalah untuk air bersih dan air untuk pertanian selama musim kemarau ini. Meskipun debitnya kecil-kecil tetapi itu cukup,” ujarnya.

Beberapa waktu lalu, katanya, warga di berbagai dusun bekerja bakti memasang paralon sebagai saluran air bersih dari berbagai sumber melalui penampungan dusun, lalu disambung hingga rumah-rumah mereka. Pihaknya hingga saat ini juga belum mengajukan permintaan bantuan air bersih kepada pemerintah kabupaten setempat. Warga desa setempat sebanyak 803 kepala keluarga atau 2.453 jiwa tersebar di 11 dusun. Kawasan itu diapit alur Kali Lamat dan Putih yang aliran airnya berhulu di Gunung Merapi.

JIBI/SOLOPOS/Ant

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya