SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ilustrasi (Dok. Solopos)

Yogyakarta (Solopos.com)–Hujan yang tidak pernah mengguyur Bumi Handayani sejak beberapa bulan lalu membuat semua pihak kelabakan. Tak terkecuali beberapa warga di dusun Kebonjero, desa Pengkol, Kecamatan Nglipar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dusun dengan jumlah 180 KK itu  rata-rata memelihara sapi jenis metal sebagai penghasilan sampingan mereka. Rata-rata setiap KK memiliki dua hingga tiga sapi. Kemarau panjang yang tengah mendera, kini berimbas kepada sulitnya para warga dalam mencari makan sapi mereka. Alhasil, para warga terpaksa harus mencari damen (ilalang) hingga daerah perbatasan Jateng-DIY yakni Dlinggo.

Belum lagi hal itu diperparah  anjloknya harga sapi sejak beberapa waktu belakangan ini. Keadaan tersebut, kontras dengan keadaan dua tahun sebelumnya. Dimana warga dusun pemilik sapi sempat mengalami kejayaan lantaran harga sapi sedang membumbung tinggi. “Dulu waktu harga sapi sedang tinggi kami (pemilik) kalau dihitung-hitung penjulan bisa sampai sekitar 800 juta,” ungkap Baruno, 50, salah satu warga yang beternak sapi kepada Harian Jogja, Senin, (19/9/2011).

Menurutnya mencari pakan hingga ke Dlinggo terpaksa dilakukan warga lantaran kemarau panjang ini membuat rumput ilalang menjadi sukar dicari, kalau pun ada stok itu tidak sanggup memenuhi kebutuhan warga pemilik sapi.

Bahkan terkadang saking sulitnya mencari pakan sapi beberapa warga terpaksa memotong pohon akasia, pisang serta Mahoni sebagai pengganti damen untuk mensiasati kelangkaan pakan ternak tersebut. Hal itu terpaksa dilakukan agar sapi para warga tetap sehat dan tidak mengalami kelaparan.

Tingginya biaya transportasi saat mencari makan ternak pun tidak dihiraukan warga saat mencari rumput, mereka datang ke Dlinggo, rata-rata dua hari sekali. Adapun untuk sekali berangkat per orang membayar Rp 50 ribu sebagai biaya pulang pergi mencari damen. “Setiap berangkat ke Dlinggo kami bisa 5-6 orang, setiap orang dipungut biaya 50 ribu jadi berangkat 25 ribu dan pulang 25 ribu,”jelasnya.

Biaya tersebut belum ditambah biaya pengeluaran lainnya untuk membeli makan dan minum saat bekerja mencari makanan ternak. “Jadi sebulan itu kami bisa mengeluarkan uang hingga 500 ribu untuk operasional mencari pakan ternak, sebenarnya berat tapi mau gimana lagi,” tandas Baruno yang juga merupakan sekertaris kelompok ternak Jaya Abadi tersebut.

Untuk sampai ke Dlinggo warga biasanya berangkat menjelang subuh pada pukul 03.00 WIB. Para warga berangkat bersama-sama dengan sepuluh orang warga lainnya menyewa dua mobil colt tua buatan tahun 80-an dan menempuh sekitar dua jam perjalanan untuk sampai di lokasi.

Usai sampai di lokasi ladang, mereka pun bergegas mencari damen sebanyak-banyaknya. Setelah mendapatkan 60 ikat damen, mereka  biasanya lebih memilih langsung pulang. “Satu colt muatannya  60 ikat damen, masing-masing orang dapat jatah 12 ikat, kalau sudah penuh kami langsung cepet-cepet pulang,” ujar Bowo Suyanto, 40, saat ditemui Harian Jogja di rumahnya usai pulang dari Dlinggo untuk mencari makan ternak miliknya.

Saat ditanya Harian Jogja soal pilihannya bersama warga lainnya mencari makan ternak di Dlinggo, ia mengaku terpaksa melakukan hal itu. Tidak tersediaanya makanan di dusun setempat membuatnya harus putar otak mencari pakan ternak di luar Gunungkidul walau dengan biaya operasional yang tinggi.

“Kalau untung pikir belakangan. Golekke pakan sik sing penting sapine sehat (Untung belakangan yang penting dicarikan makan dulu biar sapi sehat),” kata Bowo

Kondisi itu, sering dialaminya pada saat musim kemarau tiba. Dia berharap perjuangan para petani hingga mencari pakan ternak ke luar Gunungkidul mendapatkan perhatian dari Pemerintah untuk secepatnya mengontrol harga sapi agar tidak mengalami anjlok dan harga kembali normal. “Apalagi itu saya baca koran kok pemerintah import dari Australia. Lha wong sapi Gunungkidul itu bagus-bagus kok,” keluhnya.

Sementara ini mereka akan tetap bertahan untuk mencari ke Dlinggo meski biaya operasional tinggi, ibarat menyelam sambil minum air.  Para warga terbantu hasil pemberian ilalang tersebut kepada sapi mereka lantaran kotoran yang dihasilkan membantu ladang lahan kering dan sawah milik warga.

JIBI/HARJO/Kurniyanto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya