SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Semarangpos.com, SEMARANG &mdash;</strong> Musim kemarau panjang yang berdampak bencana kekeringan ekstrem melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah (Jateng). Beberapa wilayah di Kabupaten Jepara, Wonogiri, Banyumas, hingga Demak bahkan sudah lebih dari 60-100 hari tak diguyur hujan.</p><p>Untuk mengatasi bencana kekeringan itu, ada salah satu solusi yang bisa dilakukan pemerintah, yakni dengan membuat hujan buatan. Meski demikian, Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang BMKG Jateng menyebutkan hujan buatan untuk mengatasi kemarau panjang saat ini sulit diwujudkan.</p><p>Kepala Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Klas I Semarang BMKG Jateng, Iis Harmoko, menyebutkan hujan buatan untuk mengatasi bencana kekeringan belum bisa dilakukan. Selain memakan biaya besar, kondisi awan dan situasi angin pada musim kemarau saat ini tidak bersahabat.</p><p>&ldquo;Musim kemarau saat ini kan kondisinya kalau pagi dingin sekali, sedang siang banyak angin kencang. Kondisi semacam ini membuat awan tidak ada [karena tertiup angin]. Kalau enggak ada awan, hujan buatan sulit dibuat,&rdquo; ujar Iis kepada wartawan di Semarang, Sabtu (18/8/2018).</p><p>Iis menyebutkan keberadaan awan menjadi syarat wajib dibuatnya hujan buatan. Hujan buatan merupakan proses fisika yang terjadi di awan untuk membuat hujan. Cara yang biasa dilakukan yang dengan menaburkan bahan kimia, Argentium Iodida, ke dalam awan.</p><p>Syarat inti dalam keseluruhan proses ini adalah adanya awan yang sudah terbentuk secara alami di mana di dalamnya ada kandungan jenis-jenis air cukup untuk nantinya dimantaatkan sebagai calon awan pembuat hujan buatan. Awan jenis cumulus aktif adalah tipe yang dibutuhkan.</p><p>"Akan tetapi, ya itu tadi. Bahan dasarnya membuat hujan buatan itu garam ya, karena menyerap air. Sementara awan itu kan kumpulan-kumpulan uap air, lha kalau awannya nggak ada apa yang mau diserap," sambung Iis.</p><p>Bahkan ketika hujan buatan sudah bisa dibuat, lanjut Iis, tetap dikhawatirkan bakal tidak tepat penempatannya. Lantaran kecepatan angin kencang yang ditakutkan malah membawa awan hujan buatan ke daerah <span>yang tidak tepat sasaran.</span></p><p>"Takutnya malah salah sasaran. Karena ini kemarau, ada angin monsun timur. Makanya saat ini ombak di selatan Jawa saja juga sedang tinggi. Di utara juga, tapi tidak setinggi di sana,&rdquo; terang Iis.</p><p>Iis menambahkan saat ini musim kemarau panjang akibat tidak turunnya hujan terparah terjadi di Jepara dan Wonogiri. Di Jepara, wilayah Kecamatan Bangsri bahkan sudah tidak diguyur hujan selama 123 hari. Sementara, di Kecamatan Baturetno Wonogiri hujan sudah tidak turun selama 112 hari</p><p><em><strong><a href="http://semarang.solopos.com/">KLIK</a> dan <a href="https://www.facebook.com/SemarangPos">LIKE</a> di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya</strong></em></p><p></p>

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya