SOLOPOS.COM - Panen garam di pesisir Wedung, Kabupaten Demak, Jateng, Kamis (12/10/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aji Styawan)

Solopos.com, SEMARANG — Musim kemarau yang cukup panjang pada tahun ini rupanya memberikan berkah bagi sebagian orang di Jawa Tengah (Jateng). Salah satunya adalah para petani garam.

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jateng menyebut produksi garam rakyat tahun ini mengalami surplus. Sepanjang 2019, total produksi garam Jateng mencapai 1,043 juta ton atau naik sekitar 20,7% dibanding produksi tahun lalu, yakni 751.403 ton.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

“Jumlahnya meningkat tajam dibanding tahun lalu,” ujar Kepala DKP Jateng, Fendiawan Tiskiantoro, di Kantor Gubernur Jateng, Kota Semarang, Rabu (20/11/2019).

Fendiawan menyebut meningkatnya produksi garam tahun ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah musim kemarau yang lebih lama dibanding tahun lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

“Tahun ini kemaraunya cukup panjang, itu yang menjadikan produksi garam melonjak drastis,” tambahnya.

Fendiawan menerangkan, beberapa daerah yang menjadi sentra petani garam terdapat di Kabupaten Rembang, Brebes, Cilacap, Demak, Batang, Kebumen, Purworejo, Jepara dan Pati. Total terdapat sekitar 14.836 petani garam yang tersebar di beberapa wilayah di Jateng.

“Petani garam terbanyak berada di Kabupaten Pati, dengan total 8.178 orang, disusul Rembang dengan 4.009 orang dan Demak 1.354 orang,” jelasnya.

Pemprov Jateng, lanjut Fendiawan, terus memfasilitasi dan membantu petani garam agar terus bisa memproduksi serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya.

Bantuan berupa sarana dan prasarana (sarpas) telah dilakukan di sejumlah kelompok petani garam di Jateng.

“Kami terus melakukan pembinaan dan juga fasilitasi agar para petani garam semakin produktif dan memiliki kualitas bagus,” terangnya.

Disinggung terkait anjloknya harga garam akhir-akhir ini, Fendiawan menerangkan bahwa Pemprov Jateng tidak tinggal diam. Beberapa upaya telah dilakukan untuk melindungi harga garam tetap stabil di pasaran.

Fendi menerangkan, harga garam tahun ini memang anjlok di kisaran Rp300-400 per Kg. Padahal tahun 2016, harga garam bisa mencapai Rp1.000 per kg.

“Kami terus berupaya agar harga tetap stabil, dengan membangun gudang garam di sentra-sentra penghasil garam, pembangunan tunnel dan juga geoisolator. Dengan adanya bantuan itu, maka stabilitas harga dapat dijamin,” tegasnya.

Pembangunan gudang itu, lanjut Fendiawan sebagai strategi Pemprov Jateng dalam menghadapi fluktuasi harga garam. Apabila saat panen dan harga anjlok, petani bisa menyimpan dulu produksinya di gudang-gudang yang telah disediakan.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya