SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

PANEN MENTIMUN--Hasil panen mentimun di wilayah Desa Dagen, Kecamatan Jaten, Karanganyar siap dijual dan dipasok ke pasar-pasar tradisional di Soloraya. (JIBI/SOLOPOS/ Indah Septiyaning W)

Karanganyar (Solopos.com)--Musim kemarau panjang yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir membuat petani mentimun dan pare di Karanganyar kelabakan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal ini lantaran pasokan air menipis dan berpengaruh pada hasil produktivitas yang anjlok hingga 30% lebih.

Salah satu petani mentimun di Dagen, Kecamatan Jaten, Sukrasno, 35, kepada Espos, Minggu (18/9/2011) mengaku musim kemarau kali ini cukup berpengaruh pada produktivitas hasil mentimun dan pare.

Sebab jika sampai kekurangan air tanaman mentimun dapat gagal panen atau ukurannya lebih kecil dari biasanya. “Hasil panen kali ini turun sampai 30%,” ujarnya.

Selama ini, dia mengatakan untuk mengatasi kekurangan air, para petani mentimun harus membuat pompa air untuk mengaliri lahan pertaniannya. Debit air irigasi tidak dapat lagi diandalkan untuk mengairi tanaman mentimun tersebut.

Padahal tanaman ini membutuhkan air yang lebih banyak dari tanaman padi. Namun demikian meski mengalami penurunan produksi ketika masa panen, dirinya mengaku sedikit bernafas lega. Pilihannya beralih tanaman hortikultura seperti mentimun dan pare selama musim kemarau ini ternyata mendatangkan hasil yang lebih baik daripada menanam padi.

“Hasilnya bagus daripada menanam padi. Dalam satu kali panen saja dapat menghasilkan Rp 2 juta. Kalau  tanam padi hasilnya tidak sampai segitu, apalagi banyak yang kena wereng,” tuturnya.

Senada diungkapkan petani lainnya, Larso, 40, yang memutuskan mengganti tanaman mentimun dan pare di lahan miliknya daripada tetap menanam padi seperti pada umumnya. “Niki nanam mentimun kaleh pare, mergi serangan wereng wingi,” tuturnya.

Dia menambahkan meski mengalami penurunan dalam produksi mentimun akibat musim kemarau ini hasil yang dicapai ketika menanam timun lebih menguntungkan daripada kembali menanam padi yang rawan terserang hama. Dalam 2,5 bulan masa tanam mentimun, dirinya dapat tujuh kali panen mentimun.

“Satu kali panen lumayan bisa ngantongi Rp 2 juta. Tapi nggih niku panennya kurang maksimal turun 20%,” katanya.

Menurutnya, dari hasil panen mentimun dan pare ini kemudian dijual ke bakul berskala besar seharga Rp 2.000 per kilogramnya. Pasca panen kali ini, dia mengatakan akan kembali menanam padi. Diharapkan pada musim panen depan padi yang dihasilkan lebih baik.

(isw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya