SOLOPOS.COM - Ilustrasi musim kemarau. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANGBadan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan musim kemarau tahun 2023 di Jateng bakal berbeda dengan musim kemarau di tiga tahun sebelumnya. Sebab, pada musim kemarau ini kondisi telah kembali normal atau bakal lebih kering dari periode 2020 hingga 2022.

Hal itu diungkapkan Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun BMKG Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko, kepada Solopos.com, Senin (13/3/2023). Ia mengatakan, pada periode 2020, 2021, dan 2022, Jateng masih mengalami kemarau basah.

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

“Secara umum, musim kemarau dimulai Mei. Tapi di Jateng, ada juga yang sudah berlangsung sejak April dan ada pula yang baru dimulai Juni. Saat kemarau nanti, sudah kembali normal [bukan kemarau basah],” kata Iis.

Iis menerangkang, mayoritas daerah di 35 kabupaten/kota di Jateng memulai kemarau pada Mei. Khusus di kawasan pesisir, musim kemarau diperkirakan sudah dimulai saat April. Sedangkan di kawasan pegunungan, seperti di Gunung Slamet dan sekitarnya bakal memulai musim kemarau pada Juni.

“Untuk melihat apakah daerah itu kering atau tidak, Bisa dilihat dari sifat musimnya. Kemarau itu bermacam-macam, ada yang normal, di atas normal, dan di bawah normal. Tahun ini sifatnya normal, berarti kering. Sudah enggak kemarau basah seperti tiga tahun sebelumnya,” jelasnya.

Iis menggambarkan, pada tiga tahun sebelumnya Jateng dilanda kemarau basah sehingga kekeringan sangat berkurang. Namun tahun ini, curah hujan bakal rendah sehingga menimbulkan kekeringan atau bisa berpotensi El Nino.

“Curah hujan rendah tapi normal. Kalau Maret ini kondisinya masih La Nina lemah menuju normal kemarau. Nah untuk El Nino masih berpotensi pada Oktober dan November. Tapi kategori lemah [El Nino]. Jadi enggak terlalu berdampak besar,” terangnya.

Kendati dinilai tak berdampak besar, Stasion Klimatologi BMKG Semarang tetap mengimbau masyarakat Jateng agar bisa memanen atau menampung air hujan. Sebab, hal tersebut bakal berguna ketika musim kemarau atau kekeringan melanda.

“Untuk menghadapi kemarau, masyarakat bisa menampung air hujan. Bisa melalui embung, di rumah bisa lewat tandon. Agar air yang ditampung itu bisa dimanfaatkan saat musim kemarau untuk menyirami tanaman atau lainya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya