SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kekeringan (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, WONOGIRI — Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Wonogiri, Trias Budiono, menyebut masih ada 36 desa di Kota Sukses yang rawan kekeringan dan krisis air pada musim kemarau ini. 

Namun demikian, Trias mengatakan data hasil pemetaan BPBD itu itu masih perlu divalidasi ke masing-masing kecamatan. “Sampai sekarang belum ada pengajuan bantuan air bersih ke BPBD Wonogiri. Nanti begitu ada pengajuan, pasti akan ada bantuan air bersih,” kata Trias saat ditemui Solopos.com di Kantor BPBD Wonogiri, Jumat (9/6/2023).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pekan depan, lanjut Trias, BPBD, PDAM, dan pemerintah kecamatan yang rawan kekeringan akan berkoordinasi untuk sinkronisasi data sekaligus membahas penanganan bencana kekeringan di Wonogiri. Selain BPBD, kata dia, bantuan air bersih biasanya juga datang dari sejumlah perusahaan melalui program corporate social responsibility (CSR) dan masyarakat umum.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah desa di Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, sudah mulai kesulitan mendapat air bersih. Warga bahkan ada yang sudah mulai membeli air untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk konsumsi ternak.

Ekspedisi Mudik 2024

Di sisi lain, dari informasi yang diperoleh Solopos.com, wilayah Kecamatan Pracimantoro yang biasanya juga rawan kekeringan dan krisis air bersih saat kemarau di Wonogiri, hingga saat ini belum ada yang melaporkan kesulitan air.

Kepala Desa Songbledeg, Kecamatan Paranggupito, Slamet, mengatakan warga sejumlah dusun mulai kesulitan air dalam beberapa pekan terakhir. Warga pun mulai membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Warga biasanya membeli air satu tangki berisi 6.000 liter seharga Rp160.000. “Satu tangki air biasanya habis sekitar dua pekan, bisa lebih cepat atau lama daripada itu, bergantung jumlah anggota keluarga,” kata Slamet kepada Solopos.com, Jumat (9/6/2023).

Menurut Slamet, di Desa Songbledeg, Paranggupito, Wonogiri, masih ada tiga dari 13 dusun yang rawan kekeringan dan krisis air saat musim kemarau. Tiga dusun itu yakni Tlogorejo, Jangot, dan Gondangsari.

Tiga dusun tersebut belum terjangkau program pipanisasi untuk menyalurkan air bersih. Ada sekitar 300 keluarga yang tinggal di tiga dusun itu. Beberapa dusun lain sudah terjangkau pipanisasi namun belum semuanya terbangun saluran air ke rumah-rumah, baru ke hidran umum.

Kepala Desa/Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, Dwi Hartono, juga menyampaikan krisis air sudah terjadi di beberapa dusun di desanya. Bahkan ada warga di beberapa dusun yang membeli air. Dari 12 dusun di Desa Paranggupito, masih ada tujuh dusun yang warganya sulit mendapat air bersih saat musim kemarau.

Beberapa dusun lain sudah mendapatkan aliran air dari perusahaan daerah air minum (PDAM) yang sumber airnya berasal dari Banyutowo. Saat musim kemarau, warga benar-benar hemat untuk menggunakan air.

Banyak warga hanya mandi sekali sehari atau bahkan memilih tidak mandi dalam sehari. Di sisi lain, ternak mereka juga harus tercukupi kebutuhan airnya. Sementara harga air satu tangki berkisar Rp150.000-Rp180.000 bergantung jarak wilayah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya