SOLOPOS.COM - Hutan jati di Dander, Kabupaten Bojonegoro meranggas, Sabtu (12/9/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Aguk Sudarmojo)

Kemarau 2015 membuat suhu Jatim sisi barat makin panas.

Madiunpos.com, BOJONEGORO — Kemarau 2015 yang berkepanjangan bikin jera. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur menyarankan lima Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani mengurangi penebangan hutan produksi demi mengurangi panasnya suhu pada musim kemarau.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Kami sudah pernah mengusulkan dalam rapat koordinasi dengan lima KPH agar melakukan pengurangan penebangan hutan produksi untuk mengurangi panas yang terjadi di musim kemarau,” kata Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo membahas tingginya suhu setempat pada kemarau 2015, Rabu (21/10/2015).

Saran minimalisasi penggundulan hutan produksi itu, lanjut dia, ditujukan kepada KPH Bojonegoro, Padangan,  Jatirogo, Parengan, keduanya di Tuban, dan KPH Saradan, Madiun. Pertimbangannya, lanjut dia, wilayah hutan lima KPH itu, masuk daerahnya atau berdekatan dengan daerahnya, sehingga sangat mempengaruhi suhu udara.

“Lima KPH itu hutannya sangat mempengaruhi suhu udara di daerah Bojonegoro dan sekitarnya, sehingga kalau hutannya gundul jelas suhu udara di daerah kami akan semakin panas,” ucapnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan BPBD telah melakukan pemantuan suhu udara di Kecamatan Kota, Padangan dan Baureno, selama kemarau tahun ini. Pemantauan suhu udara dilakukan pagi, siang dan sore hari. “Suhu rata-rata di dalam rumah yang terjadi dalam kemarau 2015 ini tertinggi mencapai 36 derajat Celsius, meningkat dibandingkan tahun lalu dengan suhu rata-rata tertinggi sekitar 34 derajat Celsius,” paparnya.

Akibat El Nino
Menurut dia, faktor meningkatnya suhu udara di daerahnya tidak lepas pengaruh fenomena alam El Nino, selain juga kurangnya ruang terbuka hijan atau taman kota. Selain itu, lanjut dia, terjadinya kebakaran hutan, juga semak belukar, termasuk adanya pembakaran gas buang lapangan minyak, seperti di Kecamatan Gayam, juga ikut mempengaruhi peningkatan suhu udara. “Ya, jelas suhu udara di dekat lapangan minyak akan semakin panas, sebab ada pembakaran gas buangan,” imbuhnya.

Oleh karena itu, katanya, BPBD juga merekomendasikan kepada Dinas Perhutanan dan Pertanaman dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkab untuk menambah kawasan hijau terbuka, sebagai langkah mengurangi suhu. “Semakin luas kawasan hijau terbuka akan mampu mengurangi suhu pas,” ujarnya.

Data yang diproleh Kantor Berita Antara menyebutkan kawasan hutan KPH Bojonegoro luasnya 50.144 hektare, KPH Parengan 17.633 hektare, KPH Jatirogo  18.763,2  hektare, KPH Padangan 27.841,30 hektare, dan KPH Saradan Madiun 37.936,6 hektare. Pengurangan hutan oleh Perhutani membuat kawasan sekitarnya makin panas pada kemarau 2015 ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya