SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan (JIBI/Solopos/Dok.)

Kemarau 2015 yang berkepanjangan meluaskan lahan kering di wilayah Kabupaten Pacitan.

Madiunpos.com, PACITAN – Dampak kekeringan sebagai imbas kemarau 2015 yang berkepanjangan meluaskan lahan persawahan yang terancam gagal panen atau puso di wilayah Kabupaten Pacitan. Sawah yang terancam puso itu karena tak lagi mendapatkan pasok air memadai.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Bidang Sarana-Prasarana dan Penyuluhan, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Pacitan, Bagianto, mengatakan lahan persawahan yang saat Kemarau 2015 ini mengering jumlahnya mencapai 143 hektare (ha). Lahan yang terdampak kekeringan Pacitan tersebut tersebar di hampir 12 kecamatan.

“Luasan lahan kering memang terus melebar. Jumlahnya mencapai ratusan hektare,” papar Bagianto terkait dampak kekeringan Pacitan yang dipicu bekepanjangannya kemarau 2015 ini.

Menurut Bagianto, dari 143 ha lahan persawahan terdampak kemarau 2015, paling luas ada di Kecamatan Donorojo yang mencapai 50 ha. Disusul kemudian Kecamatan Bandar seluas 25 ha, Kebonagung 24 ha, Tulakan 22 ha, Pacitan 8 ha, Punung 7 ha, Pringkuku 4 ha, dan Nawangan 3 ha. “Dari beberapa lahan sawah yang saat ini mengalami kekeringan, sebanyak 28 hektare di antaranya positif mengalami puso,” ungkap Totok—sapaan akrabnya.

Puluhan hektare lahan sawah yang mengalami gagal panen, sebanyak 25 ha di antaranya berada di Kecamatan Pacitan. Sedangkan 3 ha lainnya berlokasi di Kecamatan Nawangan. “Sementara yang lainnya masih bisa diselamatkan,” sebut Bagianto.

Terkait persoalan kemarau tersebut, Distanak sudah melakukan sejumlah upaya. Di antaranya dengan melaksanakan pompanisasi di sejumlah titik rawan kekeringan.

Menurut Totok, upaya tersebut merujuk instruksi Menteri Pertanian. Selain kegiatan pompanisasi, pemerintah pusat juga memerintahkan memperluas pembangunan embung, dam parit, pembuatan sumur tanah dangkal, serta long storage water.

“Intsruksi tersebut sudah kami tindak lanjuti dengan melaksanakan perencanaan pembangunan embung, damparit, long storage, dan sumur tanah dangkal, sebelum musim tanam September nanti,” bebernya.

Lebih lanjut, Totok mengungkapkan potensi gagal panen atas lahan persawahan memang lebih terkonsentrasi di kecamatan kota. Pasalnya, debit air memang semakin mengecil. Kalaupun dilakukan upaya pembuatan sumur-sumur bor, dan pompanisasi, akan memunculkan dampak lain.

“Biasanya akan terjadi konflik dengan masyarakat non petani. Sebab dengan dibuatnya sumur-sumur bor maka debit air sumur di perumahan akan menyusut. Ini persoalannya, kenapa lahan-lahan persawahan di Kecamatan Kota justru paling berpotensi mengalami gagal panen,” pungkasnya. (Julian Tondo Wisudo/JIBI/Madiunpos.com)

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya