SOLOPOS.COM - Analisi hari tanpa hujan akibat dampak El Nino 2015. (data.bmkg.go.id)

Kemarau 2015 yang berkepanjangan karena fenomena El Nino tak mampu mengganggu jadwal tanam padi di Malang.

Madiunpos.com, MALANG — Fenomena alam El Nino yang berdampak dengan datangnya musim kemarau yang berkepanjangan pada 2015 ini diproyeksikan tidak menganggu jadwal tanam padi di Malang karena hujan di daerah tersebut diperkirakan turun pada akhir November 2015, lebih cepat daripada perkiraan nasional yang turun pada Februari 2016.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Malang Tomie Herawanto mengatakan sesuai dengan ramalan cuaca Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso, Kabupaten Malang, maka hujan di Malang akan datang pada 10 terakhir November 2015. “Dengan prediksi seperti itu, maka tidak ada pengunduran musim tanam padi di Kabupaten Malang,” ujarnya di Malang, Jumat (18/9/2015).

Hal itu terjadi karena sampai dengan Desember 2015, pasokan air untuk pertanian sebenarnya mencukupi. Pasokan  air diperoleh dari embung dan sungai-sunga besar di Malang.

Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Malang Wahyu Hidayat mengatakan dari 38 embung yang ada di daerah tersebut, ketersediaan air masih banyak. Tingkat elevasinya masih 49% sehingga stok air di embung masih 51%.

Dengan air sebanyak itu, maka cukup untuk mengairi sawah yang di Kabupaten Malang seluas 45.000 hektare. Kontribusi embung dalam memasok kebutuhan air persawahan mencapai 40%, sedangkan sisanya dari sungai.

Dia memperkirakan, pasokan air dari embung masih cukup untuk mengairi sawah sampai dengan Desember 2015 karena di daerah Malang sudah sering turun hujan, terutama di Malang Selatan. Hal itu terjadi karena di wilayah tersebut banyak yang masih berupa hutan sehingga ekosistemnya masih bagus.

Target Produksi Terpenuhi
Dengan tidak adanya pengunduran masa tanam padi di Kabupaten Malang, Tomie optimistis, produksi padi sesuai dengan target yang dipatok, yakni mencapai surplus beras sebesar 70.000 ton. Jika pun ada pengurangan karena dampak pengaruh, tidak terlalu besar. Penurunan hanya sekitar 5%.

Apalagi, imbuhnya, pemerintah juga mendukung petani dengan bantuan bibit yang tahun ini sebanyak 5.000 kg, sedangkan untuk pupuk bersubsidi mendapatkan alokasi 160.000 ton. Irigasi tersier juga telah dibenahani dan pada Oktober diperkirakan sudah mencapai 80%. Tahun ini, irigasi yang dibenahi 15% dari total lahan seluas 45.000 hektare.

Jalan-jalan menuju lahan persawahan sebagian juga telah ditingkatkan menjadi macadam. Ada 50 titik jalan selesai dan sedang ditingkatkan tahun ini. Dengan perbaikan jalan tersebut, maka petani lebih memudah mengangkut hasil panen ke rumah masing-masing atau ke pasar.

Hujan Akhir November
Sementara itu, BMKG setempat memperkirakan musim hujan mulai turun pada 10 hari terakhir November. Perkiraan itu didasarkan millimeter curah hujan yang jatuh. Intinya, jika melebihi 50 milimeter, maka sudah sudah dipastrikan bahwa saat itu memasuki musim hujan.

Curah hujan tahun ini diperkirakan tinggi sehingga berpotensi longsor sehingga masyarakat perlu mewaspadai kondisi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya