SOLOPOS.COM - Kepadatan arus lalu lintas di perempatan Ngemplak, Banjarsari, Solo, Selasa (11/8/2015). Beberapa titik di Kota Solo mulai macet pada waktu tertentu karena jumlah volume kendaraan yang terus meningkat per tahunnya. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Kemacetan Solo diprediksi terjadi pada 2020 mendatang.

Solopos.com, SOLO–Pengamat transportasi dan managemen lalu lintas Syafi’i menilai kebijakan manajemen rekayasa lalu lintas pemerintah hanya menekan angka kepadatan lalu lintas sementara.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Akademisi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu berpendapat seluruh elemen pemerintah semestinya mulai membuat langkah jangka panjang untuk antisipasi mengimbangi percepatan laju pembangunan infrastruktur.

Ekspedisi Mudik 2024

“Sekarang ini tol Solo-Semarang sudah sampai Bawen. Pembangunan tol Solo-Kertosono juga dikebut. Kebijakan ini tentu tidak menggerakkan masyarakat untuk beralih ke transportasi publik. Justru makin banyak yang naik kendaraan pribadi. Ini yang harus diantisipasi,” katanya ketika dihubungi Solopos.com, Selasa (11/8/2015).

Syafi’i menerangkan efek domino dari pembangunan jalan tol serta sejumlah sarana pendukung seperti pusat perbelanjaan baru dan hotel di Kota Bengawan, berpotensi menjadi bom waktu bagi kemacetan lalu lintas di Solo.

“Kalau dibiarkan seperti ini tanpa kebijakan yang menyeluruh, lima tahun nanti Solo bisa jadi Bandung jilid kedua. Kasusnya akan mirip Jakarta yang setiap akhir pekan awalnya warga ke Puncak. Setelah tol jadi, mereka geser ke Bandung. Sekarang tiap akhir pekan, macet masuk Bandung bisa tiga jam,” bebernya.

Menurut Syafi’i ada empat aspek yang mendesak dibenahi untuk mengimbangi laju modernitas yang sedang bergulir di Kota Bengawan di antaranya pemerataan kualitas transportasi publik, penataan perparkiran, pembangunan infrastruktur, serta penegakan regulasi.

Selain itu, Syafi’i juga menyarankan pemerintah cermat mengusulkan pembangunan infrastruktur untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Menurutnya, jalur lingkar dan jembatan layang menjadi solusi paling pas untuk Kota Solo.

“Usulan pembangunan underpass, menurut saya tidak pas. Karena berpotensi mematikan ekonomi setempat dan tidak sesuai dengan karakteristik jalanan Solo yang sempit. Iklim tidak terduga juga bisa jadi hambatan underpass. Lebih baik dengan ongkos yang lebih namun minim risiko seperti fly over,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya