SOLOPOS.COM - Bibi mendiang Brigadir J, Rohani Simanjuntak, tak terima keponakannya dituding melecehkan istri Kadiv Propam. (Youtube CNNIndonesia)

Solopos.com, JAKARTA — Pihak keluarga merasa ada kejanggalan pada jenazah mendiang Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, yang tewas akibat baku tembak dengan ajudan Bharada E, Kadiv Propam Polri Irjen Pol. Ferdy pada Jumat (8/7/2022) lalu.

Tak hanya luka tembak, menurut keluarga, ada luka sayatan di bagian tubuh mendiang Brigadir J.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Bibi mendiang Brigadir J, Rohani Simanjuntak, mengatakan pihak keluarga melihat kejanggalan pada jenazah, Minggu (10/7/2022) pagi.

“Temtang kondisi jenazah, kami melihat pada tanggal 10 juli jam 10.00 pagi kami lihat tanda-tanda dari jari tangan kiri, jari manis keluar darah segar. Loh tembakan yang satu di dada dibilang adu tembak, kok ada luka yang lain, ini membingungkan kami,” ujar Rohani seperti dikutip Solopos.com dari kanal Youtube CNNIndonesia, Selasa (12/7/2022) malam.

Baca Juga: Brigadir J Lecehkan Istri Kadiv Propam? Keluarga: Dia Tak Sebejat Itu

Berikut ini inventarisasi luka pada jenazah Brigadir J versi keluarga:

1. Terdapat luka di jari manis tangan kiri. Dari luka tersebut terus keluar darah segar.

2. Bagian perut membiru dan memar.

3. Jari kiri patah, ada luka di jari kelingking.

Baca Juga: Keluarga Tak Terima Tudingan Brigadir J Lecehkan Istri Kadiv Propam

4. Di kaki kanan ada luka seperti bekas sayatan benda tajam.

5. Mata sebelah kanan ada luka sayatan.

6. Di hidung dan bibir ada luka dan bekas jahitan.

7. Kondisi gigi tidak rapi

Baca Juga: Profil Kadiv Propam Polri: Pernah Tangani Bom Sarinah

Rohani Simanjuntak menyatakan keluarga tidak menanyakan kepada polisi karena saat mereka melihat jenazah tersebut petugas yang mengantar jasad Brigadir J sudah telanjur pergi.

“Kami tidak sempat bertanya karena sesudah kami buka (penutup jenazah), orang-orang itu sudah pulang,” katanya.

Keluarga Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J juga tak percaya keterangan Polri bahwa anak mereka melecehkan istri Kadiv Propam Polri Irjen Pol. Ferdy.

Versi Polisi

Versi polisi, tindakan melecehkan istri Kadiv Propam itu yang menjadi pemicu baku tembak Brigadir J dengan Bharada E.

Brigadir J tewas tertembus tujuh peluru yang keluar dari pistol Bharada E yang merupakan ajudan Kadiv Propam.

“Kami sebagai orang tua, gak mungkin ia melakukan sebejat itu. Jangankan melecehkan, kepada Bapak Jenderal Ferdy Sambo itu dia sangat hormat dan sangat dipercaya. Saking dipercayanya, untuk belanja saja menyuruh anak kami. Masak dia melakukan sekeji itu, ndak mungkin lah,” ujar Rohani Simanjuntak.

Baca Juga: Dipimpin Wakapolri, Tim Gabungan Usut Kasus Adu Tembak Dua Polisi

Rohani menambahkan, Brigadir Yosua adalah sosok yang sangat hormat kepada orang tua. Yosua juga bukan sosok yang bermasalah dengan perilaku terhadap perempuan.

“Dia orangnya sangat disiplin dan sangat hormat kepada orang tua apalagi atasannya, tidak mungkin melecehkan istri atasannya,” tandasnya.

Keluarga menuntut kamera CCTV yang ada di rumah dinas Kadiv Propam dibuka ke publik. Hal itu untuk memastikan bahwa anak mereka bersalah atau tidak.

Baca Juga: Dua Ajudan Saling Tembak Berujung Maut, Kadiv Propam Bakal Dicopot?

“Buka CCTV-nya, masak rumah jenderal tidak ada CCTV-nya. Kalau tidak mau dibuka, berarti ada yang ditutup-tutupi,” tandasnya.

Ayah Brigadir Yosua, Samuel Hutabarat menyebut ada kejanggalan dalam peristiwa kematian anaknya di rumah dinas Kadiv Propam.

“Katanya anak saya yang pertama kali menembak. Ada yang kena? Tidak katanya. Kok aneh. Katanya Bharada E bisa menghindar dari jarak lima sampai tujuh meter. Kok hebat, bisa menghindari peluru,” katanya.

Baca Juga: Mendiang Brigadir J Adu Tembak dengan Petembak Nomor 1 Brimob

Samuel menuntut kasus tewasnya sang anak diusut tuntas. Ia tidak terima anaknya dicap sebagai pelaku pelecehan terhadap istri Kadiv Propam dan ditembak mati.

“Buka CCTV-nya. Usut tuntas! Itu rumah jenderal bintang dua lho. Rumah jenderal itu pengamanannya tinggi, pasti ada CCTV-nya. Tapi katanya tidak ada. Kok aneh,” kecamnya.

Kapolri telah membentuk tim gabungan khusus yang dipimpin oleh Wakapolri bersama Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum), Kabaresrim, Kabaintelkam, Asisten Kapolri bidang SDM, lalu melibatkan fungsi dari Provost dan Paminal.

Baca Juga: Bharada E, Penembak Brigadir J Ternyata Pelatih Menembak Brimob

Tim ini juga melibatkan mitra eksternal Polri, yakni Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan Komnas HAM.

Desakan untuk mencopot Kadiv Propam Irjen Pol. Ferdy Sambo disampaikan oleh Indonesia Police Watch (IPW) agar memperoleh kejelasan motif dari penembakan yang terjadi di antara ajudannya.

Baca Juga: Kasus Saling Tembak Polisi Aneh, Kapolri Diminta Transparan ke Publik

Senada dengan IPW, pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto berpandangan bahwa peristiwa terjadi di kediaman Kadiv Propam Polri dan korban sebagai ajudannya sehingga sulit untuk menghindari asumsi-asumsi negatif yang muncul di tengah masyarakat apabila Irjen Pol. Ferdy Sambo masih menjabat.

“Karena akan diragukan obektivitasnya, Kapolri harus segera mengambil langkah yang tegas dan jelas terkait hal ini dengan menonaktifkan Irjen Pol. Sambo sebagai Kadiv Propam,” kata Rukminto.

Baca Juga: Presiden Minta Saling Tembak Polisi Berujung Maut Diusut Tuntas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya