SOLOPOS.COM - Ilsutrasi warga miskin (JIBI/SOLOPOS/Triyono)</b>

TIDAK TERDAFTAR - Widodo, 29 (tengah), warga RT 001/RW 006 Dukuh Pengkol Desa Ngasinan, Bulu, Sukoharjo, tidak terdaftar dalam data keluarga miskin 2012. Padahal untuk makan sehari-hari, Widodo yang kaki kirinya diamputasi dan ibunya yang lanjut usia, Rajiyem, 65, hanya mengandalkan jatah Raskin. (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ungkapan itu barangkali tidak sepenuhnya salah untuk Rajiyem, 65, warga RT 001/RW 006 Dukuh Pengkol, Desa Ngasinan, Bulu, Sukoharjo. Tinggal berdua dengan anaknya, Widodo, 29, puluhan tahun keluarga kecil ini harus hidup dengan lilitan kemiskinan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tinggal di rumah berdinding anyaman bambu berlantai tanah, sehari-hari Rajiyem dan anaknya harus hidup dengan mengandalkan jatah beras untuk keluarga miskin (Raskin). Dua warga Ngasinan yang tinggal di ujung utara Dukuh Pengkol ini juga sering melewatkan malam dengan tidur hanya beralas selembar tikar.

“Bagi kami yang penting sehat. Soal makan sehari-hari, ada lah. Kadang juga ada kiriman uang dari saudara yang merantau. Ya sak kelingane,” ujar Widodo yang harus banyak berdiam diri di rumah setelah kaki kirinya diamputasi akibat sakit kaki gajah sejak 13 tahun silam.

Dengan usianya yang lanjut, Rajiyem kini tidak sekuat dulu lagi. Namun untuk mencari penghasilan, saat musim tanam padi, perempuan yang telah menjanda dua tahun ini masih kerap menjadi buruh tani. Isteri mendiang Parwo Wiyono ini merasa beruntung karena di tengah keterbatasan, ia jarang sakit.

Terlebih saat ini ketika dia dan anaknya tidak terdaftar sebagai keluarga miskin (Gakin) sehingga tidak termasuk sebagai penerima program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). “Sebelumnya punya (Jamkesmas), tidak tahu kalau sekarang sudah tidak terdaftar,” kata Widodo menambahkan.

Nasib Suharni, 42, warga miskin lain di lingkungan RT 001/RW 006 Dukuh Pengkol, bahkan lebih tidak beruntung. Sebelum kehilangan suami awal Januari 2012 lalu, ibu tiga anak ini harus meninggalkan rumahnya yang tak bisa ditempati lagi sehingga harus menumpang di rumah iparnya satu tahun terakhir.

“Mau bagaimana lagi. Jangankan memperbaiki rumah, pengobatan suami saja saya pontang-panting sana sini. Sekarang kami menumpang saudara karena rumah tak bisa ditempati lagi,” ujarnya. Dengan berbagai cobaan yang dialami, Suharni kini seolah merasa seperti tak mempunyai kekuatan lagi. Di tengah situasi seperti itu, dia mengaku tidak habis pikir tidak terdaftar dalam data Gakin.

Seperti pula diungkapkan Kadus II Desa Ngasinan, Yanto, seluruh warga miskin di Pengkol tidak ada yang tercantum dalam data Gakin terbaru 2012 hasil validasi tim independen. Akibatnya warga tidak mampu di dukuh setempat praktis tak bisa mengakses program bantuan bagi pemerintah.

JIBI/SOLOPOS/Triyono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya