SOLOPOS.COM - Yulianto si Jagal Kartasura. (Solopos/dok)

Solopos.com, SUKOHARJO – Keluarga Yulianto si jagal Kartasura mengaku ikhlas dengan vonis mati yang dijatuhkan. Tukang pijat itu dijatuhi hukuman mati akibat pembunuhan berantai yang dilakukannya terhadap tujuh orang.

"Waliyani, kakak kandung Yulianto sudah mengikhlaskan semua. Ketingale (kelihatannya) dari keluarga sudah ikhlas," kata kakak ipar Yulianto, Sri Sadiman, seperti dilansir Detik.com, Kamis (15/4/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Suami Waliyani itu menyebut pihak keluarga sudah mengikhlaskan Yulianto divonis mati sejak di PN Sukoharjo.

Ekspedisi Mudik 2024

"Sudah pas itu, sesuai (dengan perilakunya) Yulianto. Ada keluarga yang lain sudah mengikhlaskan semua," ujarnya.

Baca juga: Beras Organik Wonogiri Diekspor ke Lima Negara

Dia juga menegaskan tidak akan mengunjungi Yulianto sebelum dieksekusi mati. Dia bahkan mengaku tidak mengetahui di mana Yulianto dipenjara.

"Kelihatannya sudah jauh, kalau sekarang di mana (penjaranya) saya tidak tahu. Sejak kasus itu mencuat tidak pernah bertemu lagi, cuma melihat dari berita-berita," ungkapnya.

Sementara menurut Kepala Desa Pucangan, Kartasura, Budiyono, tinggal Waliyani dan suaminya yang masih berdomisili di wilayahnya. Sementara saudaranya yang lain sudah pindah.

"Kalau saudara yang lainnya sudah pindah, istrinya juga sudah tidak di sini. Sepertinya sudah punya suami lagi," terang Budiyono.

Baca juga: Eks Pengacara Ungkap 1 Korban Yulianto Jagal Kartasura Dihabisi Karena Tolak Berhubungan Badan

Diberitakan sebelumnya, kasus pembunuhan berantai ini dimulai saat Yulianto meminjamkan uang Rp40 juta kepada Sugiyono pada 2005. Namun saat ditagih, Sugiyono tidak mau membayar utang yang membuat Yulianto marah. Dia pun kemudian menghabisi nyawa Sugiyono saat sedang dipijat dengan cara memberikan ramuan kecubung. Mayat korban lantas dikubur di samping kandang di rumah Yulianto.

Dua tahun berselang, Yulianto di jagal Kartasura menghabisi nyawa Suhardi saat korban bersemedi di Gua Cermai, Bantul. Mayatnya ditindir dengan batu besar dan dibiarkan berada di genangan air. Pembunuhan terus berlanjut sampai akhirnya jatuh korban ketujuh yaitu Kopda Santoso pada 2010.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya