SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ruangan Intensive Care unit (ICU) RSUP Dr Sardjito, Selasa (17/5) siang, terlihat sedikit ramai pengunjung. Maklum saat itu waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, tanda pasien boleh dikunjungi hingga sejam ke depan.

Di sudut sebelah kiri, di ruangan nomor delapan, seorang gadis remaja terbaring tidak berdaya di tempat tidur. Napasnya terlihat stabil, namun terdengar rapuh. Di mulutnya terpasang selang oksigen yang dipompa melalui sebuah alat yang terletak di dekat kepalanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di beberapa bagian tubuhnya, terpasang beberapa kabel yang dihubungkan ke sebuah layar monitor. “Saat ini dia sudah agak stabil, tapi masih koma. Semoga lekas sembuh,” ujar Rahayu, budhe dari Elfrida Christi Dewi,15, salah satu korban tabrakan maut di Jl. Kabupaten, Mayangan, Trihanggo, Gamping, Minggu (15/5) sore.

Dewi, biasa gadis itu disapa, baru saja menyelesaikan ujian akhir di SMP Aloysius, Denggung, Tridadi, Sleman. Minggu depan, rencananya dia akan menerima pengumuman kelulusan. Namun sepertinya, dia tidak mungkin bisa berbaur dengan sesama rekan sekolahnya, saling berangkulan setelah mendengar berita kelulusan, lantaran harus terbaring di rumah sakit.

Dewi menjadi satu-satunya korban selamat. Ayahnya, Martinus serta Adiknya, Andreas Kristio sudah dipanggil Yang Kuasa akibat kecelakaan itu, dan dikebumikan pada Senin (16/5) sore.

Menurut Rahayu, sejak Minggu pagi, mereka sekeluarga pergi ke Mayangan untuk membantu salah seorang kerabat yang akan mengadakan hajatan. Setelah itu, pada Minggu siang, Martinus mengajak dua buah hatinya pulang ke Kricak Kidul, Tegalrejo, Jogja, untuk mengambil pakaian yang akan dikenakan pada saat hajatan, Senin keesokan harinya.

Dari Mayangan, mereka menumpang sebuah motor Yamaha Vega. Menurut Rahayu, biasanya saat menumpang kendaraan, mereka selalu terlihat ceria. Sesaat sebelum kembali ke Mayangan itulah, maut mendekap ayah dan adik Dewi. Sebuah tabrakan dari mobil Opel Blazer mengantarkan keduanya ke ujung maut.

Ibunya yang berprofesi sebagai penjahit sampai sekarang masih shock, dan rapuh. Dia bisa ditemui oleh tamu kalau ditemani oleh beberapa anggota keluarga.

Menurut Rahayu, awalnya pihak keluarga sudah mengetahui perihal meninggalnya Martinus dari pihak kepolisian. Namun pada Minggu malam, giliran Andreas Kristio yang kritis akhirnya tidak tertolong lagi. “Waktu pulang ke rumah, kita berpelukan. Saya bilang, Tio [Andreas] wes nderek Gusti. Dewi piye? Dewi apik” ujar Rahayu.

Kecelakaan ini terasa begitu mengharukan bagi Rahayu. Dia menuturkan bahwa Tio sejak kecil sudah diasuh olehnya. Sementara Dewi juga tinggal di rumahnya selama tiga bulan ini karena letak rumah yang berdekatan dengan sekolah.

Kondisi kritis Dewi, hingga saat ini belum diketahui oleh ibu kandungnya. Hal ini sengaja dirahasiakan oleh pihak keluarga karena mereka tidak ingin wanita dua anak itu semakin terpukul.

Menurutnya, pihak keluarga sudah ditemui oleh pihak penabrak dan mereka sudah meminta maaf. Namun pihak keluarga belum mengambil sikap apapun, karena masih dalam suasana berkabung selama tujuh hari ini.

“Semoga Dewi cepat sembuh. Mohon bantuan doanya, karena dia satu-satunya harapan ibunya,” pungkas Rahayu.(Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

FOTO: Rahayu, tengah menemani keponakannya, Elfrida Christi,15, yang dirawat di RSUP Dr Sardjito, Selasa (17/5) siang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya