SOLOPOS.COM - Anggota kelompok ternak bebek Waduk Gondang menunjukkan salah satu kandang bebek milik anggota kelompok di Dukuh Kepoh RT 001/RW 005, Desa Ganten, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar pada Selasa (3/11/2020). (Espos/Sri Sumi Handayani)

Solopos.com, KARANGANYAR-- Lingkungan RT 001/RW 005, Dukuh Kepoh menjadi sentra peternakan bebek di Desa Ganten, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar. Yang spesial dari sentra peternakan bebek di sini, warga tidak cuma mengolah bebek di hilirnya, tapi juga sampai hulu.

Warga di dukuh ini beternak bebek serta mengolah aneka makanan berbahan daging dan telur bebek. Bahkan, mereka juga mengolah kotoran bebek menjadi pupuk dan memproses bulu bebek agar laku dijual. Mereka mengelola bebek mulai dari kandang hingga meja makan. Semua menghasilkan cuan. Keren.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejumlah warga di Desa Ganten beternak bebek dan membudidayakan itik. Total ada 12.000 ekor bebek di Desa Ganten. Dari jumlah itu, 9.000 ekor bebek dikelola perorangan, namun mereka tergabung dalam kelompok peternak bebek Waduk Gondang.

Kades Tlobo Jatiyoso Meninggal Positif Covid-19, 25 Kontak Erat Dites Swab

Kelompok peternak bebek Waduk Gondang memiliki 25 anggota. Setiap anggota memiliki tugas masing-masing. Yang  lelaki mengelola peternakan bebek, yang perempuan mengembangkan usaha makanan olahan berbahan daging dan telur bebek. Makanan olahan itu telur bebek asin, pepes telur bebek, bebek goreng, dan rica-rica bebek.

Solopos.com berkesempatan berkunjung ke salah satu unit usaha kelompok tersebut, yakni rumah makan MGL rica-rica bebek, pada Selasa (3/11/2020). Hari itu bertepatan dengan pertemuan rutin kelompok peternak bebek tersebut. Kelompok Waduk Gondang mulai dirintis sejak 2014. Awalnya hanya beranggotakan 10 orang, kemudian bertambah menjadi 25 orang.

Bekas Perantau

Ketua Kelompok Peternak Bebek Waduk Gondang, Budi Santoso, menyampaikan setiap anggota memiliki 600 ekor hingga 2.000 ekor bebek. Mereka menganut sistem kandang kering. Bebek ditempatkan pada setiap petak berukuran 3 meter x 3 meter. Per petak berisi 40 hingga 50 ekor bebek.

Tetap Produktif Saat Pandemi Covid-19, Warga Karanganyar Menanam Sayuran Hidroponik

"Dulu kami ini pengangguran, perantau ke Bandung, Jakarta. Di sana [Jakarta dan Bandung] berdagang, buruh bangunan, buruh pabrik, bekerja di jasa konstruksi. Tetapi jauh dari keluarga. Kami pulang beternak bebek. Ternyata bisa menghidupi keluarga, menyekolahkan, dan menguliahkan anak," kata Budi saat berbincang dengan wartawan di sela-sela pertemuan.

Saat itu, mereka hanya beternak bebek dan mengumpulkan telur bebek mentah untuk dijual ke pasar maupun tengkulak. Budi mengaku sejumlah peternak dipermainkan tengkulak. Di sisi lain, mereka ingin meningkatkan nilai jual telur bebek mereka. Mereka kemudian belajar mengolah telur bebek menjadi telur asin dari Youtube. Harga telur bebek jika dijual mentah Rp1.500-Rp1.600 per butir. Jika sudah menjadi telur bebek asin harganya melambung menjadi Rp2.500 per butir.

Satu persoalan telah selesai, muncul persoalan lain. Yakni nasib bebek yang sudah tidak produktif. Budi menceritakan sirkulasi kehidupan bebek sebelum berakhir di meja makan. Bebek mulai bertelur saat usia enam bulan. Mereka bertelur setiap hari secara beragantian selama satu tahun. Bebek usia 1,5 tahun akan disortir. Yang sudah tidak produktif akan dipotong dan berakhir di meja makan atau dijual ke pasar. Bebek yang masih produktif di "usia senja" akan dirawat sampai tidak produktif.

Terkonfirmasi Positif Covid-19, Kades Tlobo Jatiyoso Karanganyar Meninggal

"Dulu, kami jual bebek yang tidak produktif ke tengkulak. Harganya sangat rendah. Kami dibohongi. Kemudian kami [kelompok ternak] bikin rumah makan MGL. Bebek yang tidak produktif diolah menjadi rica-rica maupun bebek goreng. Kami sudah tidak kesulitan mau 'membuang' ke mana bebek tidak produktif," jelas dia.

Olah Kotoran Bebek

Mereka masih bisa menjual bulu bebek yang telah dipotong ke pengepul dari Kabupaten Magetan. Bulu bebek yang telah dicuci dan dikeringkan dihargai Rp250 per kilogram. Pandemi Covid-19 membuat kelompok tersebut memutar otak menciptakan sumber penghasilan baru. Mereka melirik kotoran bebek untuk diolah menjadi pupuk organik.

"Per kandang itu bisa menghasilkan 7 ton hingga 8 ton pupuk per tahun. Awalnya kami jual mentah, lalu perlahan kami olah dengan bantuan PPL Pertanian. Dicampur EM4, magnesium, bekatul, dan tetes. Satu karung berat 15 kilogram, kami jual Rp15.000. Kami uji coba dengan tanaman hias. Hasilnya lumayan," tutur dia.

442 Orang Terjaring Razia Potokol Kesehatan di Karanganyar, Denda Terkumpul Rp4,1 Juta

Menguntungkan Asal Ditekuni

Hal senada disampaikan anggota kelompok ternak bebek Waduk Gondang, Witoto. Lelaki yang mengaku pernah bekerja di salah satu perusahaan besar di bidang jasa kontruksi itu kini memiliki 500 ekor bebek. Dia memilih keluar dari pekerjaan yang telah ditekuni selama 25 tahun dan beternak bebek di kampung.

"Berawal dari 100 ekor, sekarang jadi 500 ekor. Saya kepincut teman-teman yang sudah terlebih dahulu beternak bebek. Usaha ini bisa mendongkrak perekonomian keluarga asalkan ditekuni," ungkap dia.

Mereka berharap pemerintah memberikan perhatian. Salah satunya melalui pemberian pelatihan membuat pupuk organik dan sarana prasarana pendukung lainnya.

Musim Hujan Tiba, Warga Karanganyar di Lokasi Rawan Longsor Wajib Waspada

Kepala Desa Ganten, Munadi, menuturkan ternak bebek di Dukuh Kepuh merupakan usaha mandiri warga setempat. Lantas sejumlah warga bergabung untuk meningkatkan ekonomi. Keberadaan kelompok tersebut mendukung objek wisata Waduk Gondang.

"Ke depan menindaklanjuti wisata Waduk Gondang. Mereka menghasilkan produk makanan olahan dan oleh-oleh. Apa yang dilakukan kelompok itu mendongkrak pendapatan keluarga. Inisiatif kelompok memanfaatkan peluang dengan cara mengembangkan usaha," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya