SOLOPOS.COM - Ilustrasi bocah pengidap difteri (JIBI/Solopos/Antara)

Pemerintah perlu lebih gencar mengedukasi terkait program imunisasi agar difteri tidak banyak terulang

Harianjogja.com, SLEMAN-Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran UGM memperkirakan kejadian luar biasa (KLB) kasus difteri disebabkan karena masih adanya sekelompok masyarakat yang enggan menerima vaksin atau sering disebut dengan kelompok antivaksin. Pemerintah perlu lebih gencar mengedukasi terkait program imunisasi agar difteri tidak banyak terulang.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Ahli Epidemiologi Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran UGM Riris Andono Ahmad memastikan, ada persoalan di ranah imunisasi sehingga menimbulkan maraknya difteri. Apalagi, ada beberapa kelompok yang menolak imunisasi sehingga cakupan vaksinasi menurun. Persoalannya, seringkali orang yang menolak vaksin itu berada dalam komunitas yang sama sehingga ada populasi yang tidak tervaksinasi, sehingga menjadi booming.

“Selama ada orang yang tidak punya kekebalan dan kemudian kontak dengan orang yang sakit itu bisa tertular. Sekarang tinggal seberapa banyak orang yang tidak punya kekebalan,” terangnya, Rabu (13/12/2017).

Padahal, saat ini mobilitas masyarakat tergolong tinggi. Misalnya, seseorang usai perjalanan dari luar negeri kemudian membawa satu jenis penyakit akan dengan mudah menular pada kelompok atau kampung anak yang tidak tervaksinasi.

Menurutnya, memang tidak ada jaminan bahwa seseorang yang sudah divaksinasi kemudian tidak terserang penyakit. Namun, pihaknya lebih melihat dari studi epidemiologi pada risiko jika seseorang telah mendapatkan vaksinasi maka resiko terjadi wabah atau KLB menjadi sangat kecil, karena ada kekebalan.

“Kalau sebagian masyarakat tervaksinasi kemudian ada beberapa yang tidak, dia [yang tidak divaksin] itu akan terlindungi, karena penyakit itu sulit mencari orang yang tidak divaksinasi itu, beda kalau yang tidak tervaksinasi itu ngumpul jadi satu,” ungkap dia.

Kelompok yang paling rentan terserang difteri adalah kelompok anak-anak, tetapi dewasa juga memiliki resiko terkena jika tidak memiliki kekebalan. Oleh karena itu, pemerintah perlu merespons peristiwa itu dengan melakukan imunisasi DPT (Difteri Pertusis Tetanus) bagi anak-anak atau kelompok rentan tersebut yang belum diberikan.

Pemerintah, lanjut dia, sebenarnya telah melakukan outbreak response immunization (ORI), sebagai upaya menanggulangi KLB. “Masyarakat harus diimbau untuk mau, bersedia diimunisasi,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya